Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Pustakawan "Smart"

23 November 2022   10:10 Diperbarui: 24 November 2022   00:10 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pustakawan merapihkan tumpukan buku-buku di Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017)(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

“Smart people learn from everything and everyone, average people from their experiences, stupid people already have all the answer” - Socrates  -

Pesatnya perkembangan era  Revolusi Industri 4.0 tak dapat terbendung. Kemajuan teknologi informasi telah merasuki setiap elemen dalam kehidupan masyarakat. 

Booming dahsyatnya perkembangan informasi digital merambah pada kebiasaan masyarakat yang semakin dimanjakan oleh kemudahan-kemudahan. 

Dunia seolah hanya di ujung jari karena media informasi digital dan smart gadget dapat dibawa ke mana-mana, dan segala informasi pun dapat diakses di mana-mana. Dunia perpustakaan pun tak lepas dari  imbas perkembangan teknologi informasi ini. 

Pustakawan sebagai sumber daya manusia yang sangat berhubungan dengan informasi dituntut untuk mampu beradaptasi dan bertransformasi. Mereka harus siap menghadapi perkembangan teknologi di era disrubsi ini.

Pustakawan dituntut smart menyikapi perkembangan zaman | Ilustrasi | instanbul.com
Pustakawan dituntut smart menyikapi perkembangan zaman | Ilustrasi | instanbul.com

Tak banyak orang mengenal pekerjaan dan tugas seorang pustakawan. Kalangan masyarakat sering menganggap bahwa seorang pustakawan hanya bekerja sebagai penjaga buku dan tukang mengatur buku di barisan rak-rak buku. 

Duduk di balik meja sirkulasi dan berkutat dengan tumpukan buku yang harus diklasifikasikan, dirapikan, disampul dan diperbaiki jika ada yang lusuh dan rusak. Berwajah flat seperti buku yang kaku, kurang senyum dan tidak ramah. 

Pada zaman dahulu bahkan muncul ungkapan bahwa perpustakaan merupakan tempat "pembuangan" atau "pengasingan" bagi orang yang bermasalah dalam karier atau pekerjaannya. Image dan cap semacam ini masih melekat pada orang-orang tertentu yang merasakan zaman kepahitan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun