Mohon tunggu...
Yusuf Apandi
Yusuf Apandi Mohon Tunggu... Script writer

Olahraga & Budaya kesenian tradisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekilas Tentang Penulis

6 Oktober 2025   10:01 Diperbarui: 6 Oktober 2025   10:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontemplasi  dan sebelas air ( Suber foto. Dok Pribadi)

Dadan Dania, kelahiran 1957, tinggal di Cicalngka Kabupatn Bandung.
Menempuh pendidikan formal di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aktivitas menjadi pegiat pemberdayaan dsa dan penguatan peran masyarakat dalam pembangunan bangsa.


Dadan Dania suka membaca sejak sekolah dasar dan terdorong untuk jadi penyair. Disela-sela kesibukannya sebagai pegiat pemberdayaan masyarakat, Dadan menyempatkan menulis sebait dua bait puisi. Sekumpulan puisinya pernah terbit dalam buku "Tiada Kulihat Matamu Mengucap Cinta, tiga kumpulan Sajak." Diterbitkan oleh PT KIBLAT Bandung tahun 200. Sebelumnya pernah menulis Anggun Berjilbab bersama Aneu Rufaidah dkk, diterbitkan oleh Mizan Bandung 1995 dan Khazanah Busana Muslimah bersama Rahmat Taufiq Hidayat, diterbitkan olh Pustaka Salman Bandung

  Puisi 

  Dadan Dania

                   Mata Air

Berbicara mata air

    adalah berbicara sesuatu yang kecil

    adalah berbicara sesuatu yang terpencil

     tetapi dari rahimnya lahir sebuah alir

     membangun arus membentuk alur

Berbicara mata air

    adalah berbicara keikhlasan

    adalah berbicara ketulusan

    tidak akan pernah sungai mengisi mata air

     tidak akan pernah danau memasok air

Berbicara mata air

     adalah berbicara kejernihan

     adalah berbicara kebersihan

     Jangan sebut sampah

     Jangan sebut limbah

     terserapah menyumpah-nyumpah

     setelah air mengalir jauh

Berbicara mata air

     adalah berbicara ketenangan

     adalah berbicara kebeningan

     Jangan katakan air bah

     membencana menggelagah

     setelah alur terulur kabur

Berbicara mata air

      adalah berbicara keneningan

      adalah berbicara kemandirian

      adalah berbicara kinarnya tiada henti

Berbicara mata air, adalah berbicara kesendirian ketua arus menembus batu dan tumpah menerjang lembah.

     di sana orang-orang berkerumun

                      menatap jeram air terjun

      ketika alir berakhir 

      di sana orang-orang bertamasya

      di hamparan pantai, lepas muara

Berbicara mata air, adalah berbicara kesendirian

       ketika rakus menggerus berujung tandus

       ketika gersang menggeranggang garang

       ketika kemarau menebar fisau

       ketika mata tak lagi berair

     

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun