Barang bekas akan dikenal dengan harga yang terjangkau atau dengan kata lain murah. Kesabaran mencari barang bekas dengan kualitas yang baik bagaikan mencari harta karun (treasure hunt). Elemen kejutan (element of surprise) seringkali mengiringi saat berburu harta karun ini.
Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan sustainable living
Berbelanja barang bekas menunjukkan kepedulian kepada lingkungan. Barang yang tidak lagi digunakan seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah. Nah, dengan membeli barang bekas berarti berkontribusi dalam pengurangan sampah dan merupakan perwujudan dari gaya hidup berkelanjutan (sustainable living).
Interaksi dengan komunitas lokal
Komunikasi seperti tawar-menawar saat berbelanja barang bekas merupakan interaksi sosial yang tercipta dalam transaksi jual-beli. Bukan hanya itu saja, suasana yang santai, bersahabat, dan dapat berbaur dengan masyarakat lokal menambah kehangatan interaksi yang tercipta.
Fenomena thrifting dapat ditangkap sebagai peluang untuk mengembangkan wisata belanja melalui sustainable shopping.
Referensi:
- Appelgren, S., & Bohlin, A. (2015). Introduction: Circulating Stuff through Second-hand, Vintage and Retro Markets. Culture Unbound: Journal of Current Cultural Research, 7, 3-11.
- Guiot, D. & Roux, D. (2010). A second-hand shoppers’ motivation scale: Antecedents, consequences and implications for retailers. Journal of Retailing, 86(4), 355-371.
- Petrescu, M., & Bhatli, D. (2013). Consumer Behavior in Flea Markets and Marketing to the Bottom of the Pyramid. Journal of Management Research, 13(1): 55-63.