Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena "Thrifting" dalam Mengakselerasi Wisata Belanja

31 Januari 2023   10:30 Diperbarui: 2 Februari 2023   18:25 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Klitikan Kota Lama Semarang (sumber: KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia)

Barang bekas akan dikenal dengan harga yang terjangkau atau dengan kata lain murah. Kesabaran mencari barang bekas dengan kualitas yang baik bagaikan mencari harta karun (treasure hunt). Elemen kejutan (element of surprise) seringkali mengiringi saat berburu harta karun ini.

Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan sustainable living

Berbelanja barang bekas menunjukkan kepedulian kepada lingkungan. Barang yang tidak lagi digunakan seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah. Nah, dengan membeli barang bekas berarti berkontribusi dalam pengurangan sampah dan merupakan perwujudan dari gaya hidup berkelanjutan (sustainable living).

Interaksi dengan komunitas lokal

Komunikasi seperti tawar-menawar saat berbelanja barang bekas merupakan interaksi sosial yang tercipta dalam transaksi jual-beli. Bukan hanya itu saja, suasana yang santai, bersahabat, dan dapat berbaur dengan masyarakat lokal menambah kehangatan interaksi yang tercipta.

Fenomena thrifting dapat ditangkap sebagai peluang untuk mengembangkan wisata belanja melalui sustainable shopping.

Referensi:

  • Appelgren, S., & Bohlin, A. (2015). Introduction: Circulating Stuff through Second-hand, Vintage and Retro Markets. Culture Unbound: Journal of Current Cultural Research, 7, 3-11.
  • Guiot, D. & Roux, D. (2010). A second-hand shoppers’ motivation scale: Antecedents, consequences and implications for retailers. Journal of Retailing, 86(4), 355-371.
  • Petrescu, M., & Bhatli, D. (2013). Consumer Behavior in Flea Markets and Marketing to the Bottom of the Pyramid. Journal of Management Research, 13(1): 55-63.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun