Mohon tunggu...
Yusrini Rini
Yusrini Rini Mohon Tunggu... Desainer - kuliah

hobi main volly

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisnis Setelah Kematian

15 Desember 2023   21:01 Diperbarui: 15 Desember 2023   21:07 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada jurnal utama mengemukakanIslam mendefinisikan upah sebagai seperangkat prinsip moral yang harus dipatuhi oleh setiap orang, apa pun statusnya, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Meskipun segala sesuatu di dunia ini terbuat dari bahan yang kokoh dan bersih, hal ini terutama berlaku pada akherat. Selain berdampak negatif terhadap masyarakat, keluarga, masyarakat, nafkah, daya beli, dan kesejahteraan, upah juga mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap taraf hidup masyarakat umum. Selain itu, upah mempunyai dampak yang sangat negatif terhadap konsumsi seseorang. Sesuai hukum Islam, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, udara, dan penginapan, namun juga harus berpegang pada konsep syariah maqoshidu. Oleh karena itu, tidak mungkin mengikuti pedoman konsumsi puasa yang diatur dalam syariat Islam untuk memenuhi kebutuhan sendiri.[1]

 

Penelitia Olivia Daisiprima Santoso mengemukakanBisnis kematian merupakan bisnis baru karena adanya kebutuhan dari masyarakat etnis Tionghoa untuk melaksanakan ritual kematian. Bisnis makanan etnis di Surabaya mulai berkembang pada masa Perang Dunia Pertama. Selain Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1967, keruntuhan bisnis tersebut di atas disebabkan oleh perubahan promosi etnis Tionghoa. Kegagalan bisnis kematian pada akhirnya menyebabkan perubahan perencanaan dan pelaksanaan upacara kematian etnis Tionghoa. Ritual kematian sebelumnya dilakukan secara rahasia sebelum menjadi komersial. Sebagai contoh, kesuksesan bisnis dapat dilihat sebagai sarana untuk menilai kondisi sosial dan ekonomi yang perlu diwaspadai oleh individu. Kematian sebagai sebuah bisnis selalu menghadapi tantangan yang berat karena selalu diperlukan persiapan yang matang untuk melaksanakan upacara etnis Tionghoa. Karena menawarkan prosarana dan sarana dalam pelaksanaan ritual, Etnosis Tionghoa menggunakan objek apa pun yang muncul dengan jelas dan mudah dipahami. Keadaan di atas kemudian dipandang sebagai peluang usaha bagi mereka karena sebelumnya mereka pernah mengalami kesulitan di bidang hukum. Sejak peristiwa kematian pada akhirnya, masyarakat Tionghoa segera mendapatkan tempat pemahaman dan efek kematian etnis.[2]

 

Pada saat kematian, okultisme mempropagandakan gagasan bahwa manusia masih dapat berkomunikasi dengan manusia saat ini, baik melalui komunikasi interpersonal maupun melalui ereksi (dukun).22 Menurut F. Hondro (Kepala BPMJ), hal ini menunjukkan bahwa okultisme terjadi pada saat perawatan perinatal. Fenomena di atas menunjukkan persepsi masyarakat yang masih naif terhadap potensi lansia yang mungkin timbul karena depresi, kecemasan, atau bahkan faktor ekonomi yang memburuk. Setiap kelompok yang mempraktikkan eksklusivitas mengakui bahwa eksklusivitas dapat membawa manfaat finansial, emosional, dan fisik. Beberapa orang yang rutin terlibat dalam okultisme mungkin memandang aktivitas ini sebagai "bisnis" untuk menghasilkan keuntungan finansial hal ini dikemukakan oleh Gustav Gabriel Harefa.[3]

 

Menurut penelitian Evan Hamzah Muchtar mengemukakanAl-Qur'an menyatakan bahwa tingkah laku manusia merupakan salah satu jenis proses inambungan. Sesuai ajaran Al-Qur'an, kehidupan manusia dimulai saat lahir tetapi berakhir ketika seseorang meninggal. Setelah menikah, pernikahan merupakan ritual yang sangat penting dan serius. Setelah berdoa kepada Allah SWT, kini mereka damai di alam bidadari. Tanpa memahami poin penting ini, setiap struktur dan sistem dalam Al-Qur'an akan rusak dan tidak stabil. "Segala jenis kegiatan manusia yang melibatkan berbagai transaksi untuk menghasilkan keuntungan, seperti barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat umum" demikianlah pengertian etika bisnis.[4]

 

Mohammad Shadiq Khairi berpendapat Aspek spiritual Islam tidak akan hilang dari Islam itu sendiri. Islam yang menjunjung tinggi prinsip universal, seperti taqidah dan tauhid, sekaligus merangkul seluruh aspek kehidupan manusia. Secara umum, spiritualitas dibahas sebagai topik diskusi pertama dalam banyak diskusi terkait bisnis karena penting dan mempengaruhi operasional bisnis seperti mode lainnya (Malloch, 2010). Dalam konsep ini, seperti dalam konsep Mulawarman (2009), perlu adanya tazkiyah (penyucian) yang lebih luas, dimana proses penyucian diawali dan dilakukan dengan penuh kesucian agar keimanan kepada Allah SWT tetap teguh pada akhirnya. operasi bisnis. Oleh karena itu, kepemimpinan spiritual Islam perlu dimurnikan dan disempurnakan hingga mencapai standar yang tinggi.[5]

 

Tri Ramdhany berpendapat bahwa peningkatan DOD sekitar 30% selama masa studi 0--14 hari. Selain itu, hama tikus sering menjadi penyebab peningkatan DOD sebesar 10--20 ekor dalam satu bulan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, akan dilakukan review proses bisnis secara menyeluruh, dengan tujuan mencapai batas toleransi DOD tidak lebih dari 5%. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat model proses bisnis menggunakan BPMN (Business Process Modeling Notation) yang akan menangkap perubahan perilaku batas atas dan bawah berbasis mikrokontroler.[6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun