Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayam Kesepuluh

29 November 2019   09:34 Diperbarui: 29 November 2019   09:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya... ayam... kesembilan. Permisi..!" Anak ayam yang ketakutan itu berlari.

Musang jantan mau mengejarnya. Tapi ekornya ditarik oleh musang betina.

"Sabar...  tinggal ayam terakhir!" kata musang betina.

Sepuluh menit sudah berlalu, tapi anak ayam itu tidak ada lagi yang lewat.

"Kenapa anak ayam itu tidak juga keluar dari kandangnya?" tanya musang jantan. "Lihat, di dalam kandang itu masih ada seekor ayam besar."

"Pasti anak ayam itu ketakutan. Kita sergap saja. Pintunya terbuka ini," kata musang betina.


Sepasang musang itu mengendap mendekati kandang ayam. Pintu kandang itu terbuka. Seekor ayam besar ketakutan di dalam kandang.

"Hahaha... ayamnya besar sekali. Kita sergap saja," kata musang jantan sambil masuk ke dalam kandang. Musang betina mengikutinya.

Sepasang musang itu saling memberi isyarat. Lalu menerkam bersamaan. Brraakk... kandang itu roboh. Kayu-kayu dan bambunya patah. Genting berjatuhan. Sepasang musang itu mengaduh tertimpa kayu, bambu dan genting.

Meski badan mereka terasa sakit, sepasang musang itu tidak melepaskan terkamannya. Mereka keluar dari reruntuhan, menggusur anak ayam besar. Betapa terkejutnya mereka saat tahu anak ayam besar itu adalah patung jerami yang ditempeli bulu ayam.

"Dasar ayam-ayam penipu!" kata musang betina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun