"Iya aku hantu yang akan menakuti orang-orang yang sengaja mengintipku." suara lelaki itu, mengagetkan Kun. Sosok yang ia lihat dari balik lubang kecil, sekarang sudah ada di hadapannya.
Ia jadi salah tingkah dan merasa malu. Karena telah mencuri dengar percakapan percakapan laki-laki itu dengan sengaja.
"Apakah ini caramu menyambut tamu yang datang dari luar desamu, Nona?" Kun tertunduk. Bibirnya membisu. Tak seperti biasanya yang lantang berbicara.
"Kamu mau belajar juga? Siapa namamu, Nona? Laki-laki itu menatapnya dengan tajam. Antara malu dan takut. Akhirnya Kun, memberanikan diri berbicara.
"Namaku Kun. Maukah Tuan, mengajariku membaca dan menulis?" bibir Kun gemetar. Ia menyerahkan kotak usang yang sudah lama ia simpan kepada laki-laki muda itu.
"Aku ingin bisa membaca apa yang tertulis di kertas itu. Tolong Tuan, bantulah aku!" Kun membungkukkan tubuhnya. Sementara, laki-laki itu semakin bingung dengan apa yang terjadi. Dibukanya surat yang ada di kotak itu, ada tulisan dengan tinta yang mulai memudar. Mungkin karena begitu lamanya surat ini dibuat. Untunglah, masih bisa terbaca.
Dibacanya secarik kertas itu, seketika wajahnya menegang. Ini bukan surat biasa. Ia tak sanggup menceritakannya. Biarlah gadis muda itu sendiri yang membacanya. Sesuatu yang sangat penting dan berarti bagi hidupnya. Ia tak bisa membayangkan, jika kelak gadis itu mengetahui isi dari surat itu.
Kun, semakin cemas. Ia khawatir laki-laki itu menolak permintaannya. Terlihat jelas dari ekspresi di wajahnya. Berulangkali tangannya meremas  pinggiran baju di bagian bawah. Ketakutannya semakin besar. Lama ia menunggu laki-laki itu berbicara.
"Aku berjanji, kau akan bisa lancar membaca dalam waktu satu bulan. Datanglah setiap sore ke sini, Kun. Aku akan ada untuk membantumu." Wajah Kun tampak bahagia, impiannya untuk bisa membaca segera terwujud. Kun mengucapkan terima kasih, kemudian berlari pulang bersama Fatma.
Sementara laki-laki muda itu, tampak gelisah. Tangannya gemetar, dadanya bergemuruh. Tulisan tangan yang dilihatnya, mengingatkannya akan seseorang yang sangat dikenalnya. Ia begitu dekat dan mustahil melakukan perbuatan durja.
"Apakah benar seseorang kukenal adalah orang yang sama dengan yang dimaksud dengan tulisan itu?"
"Lalu siapa Tuan Karim yang dimaksud di kertas itu?"Â
Sidoarjo, 17/8/2020
Bersambung