Nugraha et al. (2019) bahkan menulis bahwa pengaruh pergaulan buruk akan menular cepat—dan membentuk karakter negatif yang sulit diperbaiki.
Tak heran bila siswa yang kerap membolos hampir selalu memiliki prestasi rendah. Bahkan di beberapa kasus, berujung pada perkelahian. Seperti diberitakan oleh DetikSulsel, dua siswa SMK Negeri 2 Pangkep berinisial MF dan MAR terlibat perkelahian hanya karena senggolan kecil di lingkungan sekolah. Ironi, pelajar yang seharusnya belajar mengendalikan diri malah kehilangan adab dasar.
Ketika Guru Tak Lagi Dihormati
Pada hari yang sama, seorang guru mencoba mengejar siswa yang membolos. Namun bukannya meminta maaf, siswa-siswa itu malah berteriak menantang: “Sini, Pak Guru!” lalu berlari bersembunyi sambil tertawa.
Momen itu menggambarkan sesuatu yang lebih dalam: rasa hormat terhadap guru telah memudar. Padahal guru adalah tiang utama dalam pendidikan karakter. Tanpa wibawa guru, sekolah kehilangan rohnya.
Dari gestur tersebut, kita bisa menilai bahwa adab siswa SMK Negeri 2 Pangkep yang membolos sudah sangat memudar. Guru hanya jadi bahan olokan bagi mereka, bukan lagi sebagai pendidik dan orang tua kedua mereka. Orang tuanya menitipkan mereka kepada segenap guru SMK Negeri 2 Pangkep, namun anak yang dititipkan malah bertingkah niradab.
Sekolah yang Harus Berbenah
Sekolah tidak bisa lepas tangan. Faktor internal seperti fasilitas belajar yang minim, suasana belajar yang membosankan, dan kurangnya perhatian guru terhadap siswa menjadi pemicu lain perilaku membolos. Suasana sekolah tidak kondusif akan semakin meyakinkan siswa untuk membolos dan berimplikasi pada turunnya minat siswa untuk hadir disekolah atau dikelas.
Menurut penelitian Novarita (2014), Purnamasari & Muis (2018), Imansyah (2021), Anggriani et. al. (2024), dan Faturahman et. al. (2024), bimbingan konseling di sekolah sering tidak berjalan efektif karena tidak ada tindak lanjut nyata atau efek jera bagi siswa. Akibatnya, pelanggaran terus terulang tanpa konsekuensi berarti. Dan semakin meningkatkan motivasi siswa untuk membolos.
SMK Negeri 2 Pangkep seharusnya menegakkan teknik kontrak perilaku — kesepakatan antara guru, siswa, dan orang tua mengenai komitmen belajar, penghargaan bagi siswa disiplin, serta hukuman tegas bagi yang melanggar.
Jika siswa terus melanggar tanpa perubahan, maka perlu keberanian sekolah untuk mengeluarkannya (drop out), tanpa pandang bulu walaupun dia anak pejabat atau orang berpengaruh.