"Yon, koruptor itu apa? Kenapa ibunya Basuki marah-marah ya?" Aku bertanya pada Yono.
"Ndak tahu, No." Yono memunguti gundu di tanah.
"Ibumu kok ndak datang jemput kamu, Yon?" tanyaku lagi.
"Hahaha, ibu sama bapakku sibuk di sawah No, mana sempat mereka jemput anaknya main. Ayo pulang saja, mau hujan." Yono memasukkan gundu ke dalam kantong. Aku pulang dengan langkah gontai.
Di depan rumahku ada sebuah mobil bertuliskan: POLISI. Aku kaget, apa yang terjadi di rumahku. Aku berlari dan kudapati bapak keluar dari rumah diapit oleh dua orang lelaki berseragam polisi.
"Bapak mau ke mana?"
"Bapak pergi sebentar ya Le, bantuin mamasmu jaga ibumu." Bapak hanya menjawab singkat lalu masuk ke mobil. Aku bergegas masuk ke rumah. Ibu terlihat sedang menangis di meja makan, mamas duduk di sampingnya sembari mengusap punggung ibu.Â
Aku hendak bertanya apa yang sudah terjadi, tapi ibu lebih dulu berkata: "Bapakmu ndak mungkin begitu ya, Mas? Mamas kan tahu bapak orang baik, ndak mungkin bapak menggelapkan dana desa kan, Mas?" ujar ibu sembari terisak.Â
Mamas mengangguk. Aku makin tak mengerti, tadi ibunya Basuki menyebut bapak koruptor sekarang ibu mengatakan bapak menggelapkan dana desa.Â
Ada banyak kosa kata yang tak kupahami. Hanya satu yang aku pahami setelah kejadian itu. Bapak tak lagi pulang ke rumah dan jabatan bapak sebagai kades dicopot.Â
Ibu jadi jarang bicara dan sering linglung. Mamas terpaksa berhenti sekolah dan menggantikan bapak mencari nafkah. Dan aku kini bermain seorang diri. Tak ada satupun warga yang mengizinkan anaknya bermain denganku.Â