Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Gerakan Sensor Mandiri] Kunci Kualitas Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Indonesia

14 Juli 2016   12:48 Diperbarui: 15 Juli 2016   09:53 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Anda adalah Berlian, Keluarga Anda Pun Berlian, Maka jagalah Aset Anda. sumber: wafamediabki.wordpress.com

Kemudian selama orang tua terus mengajarkan kebaikan kepada anak-anak mereka hingga akhir hayatnya maka tak perlulah menyalahkan mereka bila anak-anaknya mendapatkan kemalangan akibat pergaulan bebas yang sulit sekali dikontrol. Kadang anak lebihpintar berkamuflase menjadi anak pendiam di rumah namun diluar berbeda tabiatnya. Karena bisa jadi kesalahan anak anak kita karena ada kontribusi dari lingkungan sekitarnya termasuk Saya ataupun Anda.

Orang tua saat ini tidak perlu takut untuk bertindak preventif bahkan refresif untuk melindungi anak anak dari lingkungan di sekitar mereka yang membahayakan masa depan mereka. Dengan cara apa? Tentu saja melalui pendidikan. Banyak sekali metode yang diajarkan dari mereka lahir hingga dewasa.Namun dari pengalaman, banyak anak muda terselamatkan dan kembali ke rumah karena mereka sadar bahwa rumah adalah sebaik baik tempat.Menjadikan mereka (anak-anak ) percaya kepada kita selaku orang tuanya adalah menjadikan mereka sahabat atau teman setia yang selalu dapat mempunyai waktu untuk mereke berkeluh kesah, curhat atau sekadar meminta saran.

SENSOR PRIBADI DI RUMAH

Menariknya saat ini dunia informasi begitu mudah semudah membalikan telapak tangan, informasi dari yang positif maupun negative bisa kita dapatkan secara mudah. Kita sering sekali menyalahkan media yang membuat generasi mudah kita “bobrok” secara moral. Pembunuhan,pemerkosaan oleh anak anak usia sekolah yang sedang mencari jati dirinya. Mencari apa itu kenikmatan yang mereka tonton di internet,di layar bioskop, di layar kaca. Ada beberapa hal yang menurut Badan Sensor Film Nasional (BSF) kita yang tidak masuk akal. Mereka diminta mensensor jutaan film yang masuk ke negeri ini.Masa depan anak anak negeri ini di serahkan pendidikan moralnya kepada lemabaga pemerintah.Padahal kuncinya satu yaitu Mensensor Sendiri di Rumah .

Berapa banyak dari kita para orang tua yang memberikan fasilitas Handphone canggih kepada anak-anaknya yang masih di bawah umur ?

Berapa banyak para orang tua yang memberikan fasilitas anaknya kamar pribadi, kemudian membolehkan televisi ada di kamarnya?


Berapa banyak para orang tua yang memberikan fasilitas Personal Komputer,Laptop di kamar pribadi anak-anaknya?

Lalu siapa yang menjamin anak anak mereka ketika di kamar dengan pintu tertutup mereka menonton apa,membuka fasilitas internet apa?

Lebih dari 40.000 film baik dalam dan luar negeri yang telah berhasil di sensor, namun BSF tak mampu membendung isi dari internet yang dimiliki dalam genggaman anak anak di Indonesia. Siapa yang harus bertanggung jawab tentunya para Orang Tua di rumah.

Maman Suherman, salah satu Blogger senior yang banyak menelurkan buku membagi pengalamannya saat kopi darat di Kota Tua (Fiksiana Community) beberapa waktu lalu mensharingkan pengalamannya. Betapa pornografi sulit sekali dibendung. Ketika di bongkar dipindahkannya ditutupnya lokalisasi malah prostitusi semakin merajalela. Akun-akun dengan sandi tertentu di Facebook, di Twitter dan di laman lainnya bisa diakses. Secara vulgar mereka menawarkan diri tanpa malu-malu. Dan lagi-lagi itu mudah sekali diakses oleh anak anak kita yang memang mudah didapatkan dari fasilitas internet yang mereka miliki. Tahukah orang tua mereka? Saya saja terkaget kaget ketika mendengarnya.

Akhirnya kembali kepada orang tua untuk mensensor sendiri apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di tonton oleh putra dan putri mereka di rumah. Dampingi mereka dan pastikan ada di samping mereka ketika menontong tayangan semisal di televisi yang membutuhkan bimbingan orang tua. Pun juga memastikan tidak mengajak anak untuk menonton bioskop bila memang tayangannya untuk orang dewasa. Jangan bahayakan keselamatan mental remaja kita hanya karena kita para orang tuanya ingin menonton film tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun