Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Cerita Inspiratif dari Serunya Dolan Kuliner Restoran Sate Ratu

25 Juni 2019   16:09 Diperbarui: 25 Juni 2019   16:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sate Merah dan Kuah Polos (dokumen pribadi)

Pada Sabtu 22 Juni kemarin, saya berkesempatan untuk icip-icip bareng ke Restoran Sate Ratu yang berada di Jogja Paradise Food Court (depan The Rich Hotel), bersama rekan penulis yang tergabung dalam komunitas Kompasianer Jogja. Konon katanya sate yang dijual di sini bukanlah sate yang dijual pada umumnya. Warnanya merah kecoklatan dan disajikan tanpa tambahan bumbu kacang.

Kedatangan kami disambut ramah oleh Mbak Niken dan Pak Lanang, partner usaha dari pemilik Sate Ratu. Sementara Pak Fabian Budi Seputro atau yang kerap dipanggil Pak Budi sendiri sedang sibuk menyiapkan pesanan untuk para pelanggan. Kebetulan saat itu restoran sedang ramai-ramainya.

"Mari duduk di dalam saja, maaf ya, saya sambi," begitu kata beliau. Meskipun sibuk, beliau tetap ramah melayani setiap pelanggan yang datang. Ya, ramah dan suka mengajak pelanggannya mengobrol adalah salah satu cara Pak Fabian untuk mempertahankan usaha Sate Ratu yang kini sudah memasuki usia 3 tahun.

"Dalam membuka usaha ini, saya sudah siap untuk menerima resiko sepi selama 5 tahun pertama. Inilah yang membuat saya bisa bertahan."

Awalnya Pak Budi ini bekerja di industri entertainment selama kurang lebih 21 tahun. Mengaku tidak punya apa-apa yang diwariskan, beliau pun memutuskan untuk resign dan berwirausaha. Berbekal pengalaman bekerja itu, Pak Budi dan Pak Lanang membuka usaha Angkringan Ratu. Sempat memiliki beberapa cabang di Jogja, ternyata Angkringan Ratu hanya bertahan beberapa bulan saja.

Mereka pun memulai usaha Sate Ratu dari nol lagi. Dengan konsep berbeda dengan konsep angkringan yang memperlihatkan produk di display dan bermacam-macam, Sate Ratu hanya menjual Sate Merah, Sate Lilit dan Ceker Tugel. Terakhir ada menu baru yakni Kuah Polos untuk mereka yang tidak suka makan terlalu kering.

"Simple dan tidak mau repot," itu alasan yang dikemukakan Pak Budi ketika ditanya kenapa tidak menyediakan lontong di resto-nya. Jika sate lain menyajikan sate dengan bumbu kacang, irisan bawang merah dan lontong. Di Sate Ratu, saya tidak akan menemukannya.

Sate Lilit Basah (dokumen pribadi)
Sate Lilit Basah (dokumen pribadi)
Kami disajikan Sate Merah tanpa bumbu kacang dan tanpa bumbu yang lain. Sate Lilit pun bukan sate yang dililitkan ke potongan bambu melainkan diiris mirip Misoa Goreng kalau menurut saya, plus acar dan bawang goreng.

Sate Ratu Telah dikunjungi oleh 74 Negara
Keunikan yang saya dapati ketika berada di Sate Ratu adalah tulisan-tulisan dari para turis asing yang sudah mengunjungi Sate Ratu. Tercatat sudah ada 74 negara berbeda dan jumlahnya 2939 turis asing. Wow!

Diakui bahwa promosi hanya dilakukan dengan mulut ke mulut. Turis yang sudah pernah makan di Sate Ratu pasti akan menceritakan ke teman-temannya atau menulis review di blog atau media lainnya. Maka tidak heran jika Sate Ratu sudah banyak mendapatkan prestasi membanggakan yaitu, Certificate of Excellent 2 kali berturut-turut dari TripAdvisor, Finalis Bango Penerus Warisan Kuliner 2018 dan salah satu finalis BeKraft Startup Indonesia 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun