Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaya Kooptasi Jokowi dan Politik Apresiasi Irma Nasdem

23 Desember 2020   13:52 Diperbarui: 23 Desember 2020   17:08 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191023120823-4-109362/media-asing-heboh-soroti-prabowo-rival-jokowi-masuk-kabinet

Secara politik bisa difahamai dengan baik pesan dari Nasdem ini, politik apresiasi merupakan hal umum dan mendasar dalam dunia ini. Bahkan dalam dunia sosial lainnya juga itu terjaga dengan baik. Sebab disana ada hukum take and give. Sebab kalau ini tidak terjadi, maka nilai-nilai politik dalam perjuangan menjadi kehilangan subtansi.

Gaya Kooptasi Jokowi

Dalam pemilihan pembantunya bahkan dilingkaran strategi, Jokowi menggunakan salah satu gaya kepemimpinan kooptasi. Sesuatu yang sangat lumrah dalam area politik. Dan nampaknya gaya ini sederhana walaupun tujuannya hanya jangka pendek.

Gaya kooptasi dikenal luas dalam mengefektifkan pengaruh oleh seorang pemimpin dengan cara memasukan unsur luar atau orang luar yang dianggap ancaman atau gangguan kedalam sistem kekuasaannya agar ancaman itu hilang atau berkurang pengaruhnya.

Inilah yang dikerjakan oleh Jokowi dalam menyusin KIM-nya. Partai Gerinda yang merupakan gerbong besar lawan politik dalam kontestasi Pilpres 2019, masuk dalam KIM melalui orang kuncinya yaitu Ketua Umum Gerinda, Prabowo. Dan sekarang Sndiaga Uno. 

Jadi, lengkaplah kooptsi yang diserangkan oleh Presiden Jokowi. Secara politik, tdiak ada lagi musuh yang selama ini menjadi rival kerasnya. Pengiktunya juga sudah tidak memiliki kekuatan dan pengaruh lagi. Kalaupun ada, biasanya tidak signifikan bahkan bisa diabaikan.

Kooptasi sesuatu yang biasa dalam strategi kepemimpinan. Dan yang dikooptasi juga mau mengikuti orang yang mengkooptasi dia dalam sistem KIM.

Tujuan kooptasi tentu saja sangat jelas. Agar program kepemimpinan Jokowi dapat berjalan dengan mulus hingga akhir kepemimpinannya. Dan semua orang tahu, itu demi kemajuan Indonesia dan masa depan negeri ini. Bukan kepentingan pribadi si Jokowi.

Dibagian sinilah sesungguhnya harus dimengerti strategi yang diambil oleh Jokowi. Betul, menyakitkan bagi Irma Suryani dan Nasdem dan mungkin juga bagi Parpol pendukung lainnya. Tetapi, menyenangkan bagi kemajuan bangsa dan negara ini yang membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan Era Indonesia Emas di tahun 2045 saat negeri ini merayakan Ulang Tahun ke-100 tahun.

Dari perspektif yang lebih jau, harusnya, siapapun dia, golongan apapun dia, ketika Jokowi sedang menuntun ke jalan yang benar dan baik bagi negeri ini, maka tidak ada alasan untuk tidak didukung. Kalaupun ada kepentingan fraksi atau Parpol, tidak boleh menganulir perjuangan Jokowi untuk mewujdukan Indonesia maju dan Indonesia emas. Karena, tujuan itu dibutuhkan oleh semua orang dalam republik ini.

YupG, 23 Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun