Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Apa Gerangan Penyebab sehingga IHSG di BEI Ngamuk?

26 Maret 2020   13:20 Diperbarui: 27 Maret 2020   08:38 3456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta| Sumber: Kompas.com/Garry Lotulung

Ini benar-benar menjadi kenyataan apa yang sejak Selasa malam menjadi topik hangat diskusi di kalangan pelaku pasar saham di Bursa Efek Indonesia, ketika sekitar 10 hari IHSG terus anjlok hingga menembus turun sekitar 30%, sedemikian dahsyatnya dan IHSG harus bertekuk dibawah angka 4000-an.

Seminggu yang lalu saya sudah mengatakan kepada komunitas bahwa ini hanya sementara dan akan segera rebound. Oleh karena itu segeralah koleksi dan kalau ada cadangan dana borong saham di BEI. 

Terutama saham-saham yang sangat bagus, LQ45 dan semacamnya. Paling tidak saham perbankan, BUMN juga sangat bagus untuk koleksi investasi.

Bukan kebetulan kalau hari Rabu, 25 Maret 2020 adalah libur nasional dalam rangka hari raya Nyepi. Menjadi kesempatan relaksasi psikologis bagi pasar dan investor untuk mengevaluasi situasi pasar. 

Dan hasilnya adalah hari ini, perdagangan sesi pembukaan Kamis 26 Maret 2020. IHSG mengamuk, begitu judul berita dari CNBC Indonesia untuk menggambarkan bagaimana investor langsung menyerbu saham-saham yang sudah undervalued saat ini. Karena IHSG penutupan pada hari selasa 24 Maret 2020 menjadi bottom titik balik harga saham pada hari ini.

Catatan CNBC Indonesia pada Kamis pagi menjelaskan bagaimana "ngamuknya" IHSG hingga melesat sampai 5% dan berubah menerjang ke angka 4.125 hanya dalam waktu sekitar 8 menit pertama.

Ngamuk! Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung melesat pada perdagangan sesi I Kamis ini (26/3/2020) usai libur Hari Raya Nyepi Rabu kemarin. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG hari ini dibuka di zona hijau, menguat 1,47% ke level 3.995,52. Pada pukul 09.08 WIB, IHSG melesat 4,85% di level 4.125 setelah sebelumnya sempat meroket 5%. 

Mengapa harga saham di BEI menjadi mengamuk? Jawabannya sederhana saja, karena harga saham sudah kelewat murah dibandingkan dengan harga wajar atau nilai buku yang sesungguhnya. 

Artinya juga bahwa sesungguhnya perusahaan emiten bukan jelek, apalagi rugi dan bangkrut, tetapi hanya karena pengaruh psikologis wabah virus Covid-19 membuat orang panik dan takut. 

Lalu melepaskan sementara saham-saham mereka dan mendorong penurunan harga saham selama sekitar dua minggu terakhir ini.

Pada umumnya, emiten di Bursa Efek Indonesia masih sangat bagus performance-nya dan sangat layak untuk memilih saham mereka untuk investasi jangka menengah dan panjang.

Kendati bursa di wilayah Asia pada pagi ini masih memerah saat membuka pasar, tetapi tidak di BEI yang sedang mengamuk. Ini menegaskan bahwa investor tidak takut dengan wabah virus corona di Indonesia. 

Sangat mungkin ada keyakinan sangat besar dapat diatasi oleh pemerintah dengan strategi yang sedang fokus pada social distancing, work from home, learning from home, stay at home, dan sejumlah kebijakan mendorong penguatan ekonomi di kalangan bawah atau UMKM. 

Terobosan pemerintah sangat berdampak pada keyakinan investor bahwa wabah ini tidak sedahsyat yang orang bayangkan.

Apalagi dengan sudah mulai banyak petunjuk penemuan obat bagi virus Covid-19 ini. Negara-negara yang sudah melewati masa kritis, seperti China dan Korea Selatan menjadi faktor keyakinan investor bahwa Indonesia mampu melewati masa kritisnya. 

Kendati IHSG dibandingkan dengan tahun yang lalu, masih ada penurunan sekitar 34%. Namun diharapkan kondisi perdagangan pagi ini akan menjadi titik balik untuk terus naik dan pulih menuju ke angka IHSG di Rp 6000-an lagi. 

Ini tidak tertutup kemungkinan akan menjadi kenyataan kembali, ketika investor asing mulai berdatangan memborong ulang saham-saham yang terbaik di BEI.

Di tengah penguatan indeks acuan BEI ini, beberapa bursa saham Asia justru bergerak di zona merah antara lain, indeks Shanghai Composite minus 0,74, Topix melemah 2,24%, Straits Time jatuh 2,71%, KLCI turun 0,75% dan TW Weighted Index melorot 0,46%. 

Sementara itu bursa saham Asia yang justru mengalami penguatan yakni indeks Hang Seng naik 0,33% dan KOSPI yang menguat 0,29%. Namun pada pukul 09.09 WIB, Hang Seng justru melorot 1,22% di level 23.220.

Data yang beredar pagi ini dari BEI memperlihatkan gerakan pergerakan investor yang akan menjadi pendorong signifikan bagi rebound-nya IHSG di BEI beberapa hari ke depan ini, seperti dilaporkan oleh CNBC Indonesia.

Mengacu data BEI, investor asing mulai masuk ke saham-saham unggulan. Asing pagi ini masuk Rp 137,08 miliar pada pukul 09.10 WIB. Meski demikian, dalam sepekan terakhir asing masih net sell Rp 2,12 triliun di pasar reguler, sementara sebulan terakhir asing keluar Rp 7,5 triliun.Saham-saham yang mendorong penguatan IHSG di antaranya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 16%, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 16,8%, PT Indofarma Tbk (INAF) melesat 16%, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 12%, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melesat 10%. Selain itu ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melesat 7,38%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) naik 6,8%, dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 5%.

Selain faktor wabah dan penyebaran dari virus Covid-19 yang mendorong turun dan anjloknya harga saham di dunia dan juga di Indonesia, maka ada dua faktor lain yang dianggap kritis dan berpengaruh besar pada harga saham di Bursa Efek Indonesia. 

Pertama adalah fluktuasi harga minyak dunia yang sejak Januari memang sangat bergelombang dan mempengaruhi harga saham di bursa efek secara global. Termasuk Indonesia. 

Harga minyak sendiri juga terkait dengan dampak virus corona yang sedikit banyak mengganggu aktivitas produksi di negara-negara produksi minyak dan terkena wabah Covid-19. 

Sementara faktor yang kedua adalah faktor dalam negeri, yaitu kebijakan dari Bank Sentral, dalam hal ini kebijakan dari Bank Indonesia sendiri. Yang nampaknya sejak awal Maret 2020, saat Covid-19 terpapar positif Indonesia mengambil peran yang luar biasa dengan operasi pasar dalam rangka menjaga dengan ketat likuiditas masyarakat. 

Dan nampaknya ini efektif sehingga tidak terjadi rush di kalangan masyarakat. Walaupun BI harus menggelontorkan dana ratusan triliun dalam operasi pasar yang dilakukan.

Operasi pasar ini dengan melakukan pembelian kembali surat berharga pasar uang yang beredar di pasar uang. Sehingga ketersediaan pasokan dana bagi dukungan aktivitas ekonomi masyarakat terjamin.

Mengapa IHSG mengamuk? Sebuah pesan penting bagi investor lokal untuk jangan kehilangan momen berharga ini. Membeli dan mengoleksi saham-saham yang sangat bagus tetapi sedang murah harganya. 

Ketika situasi ekonomi sudah aman maka tinggal menikmati hasil investasi besar, bukan saja profit yang mungkin akan diterima pada akhir tahun buku, tetapi juga capital gain ketika IHSG sudah kembali ke angka 6000-an.

Percaya atau tidak tentu kembali kepada keyakinan masing-masing investor. Sesuai dengan pengalaman, kemampuan analisis, dan komitmen bagi membantu negeri ini untuk bisa segera keluar dari wabah virus corona.

Artinya, membeli saham di BEI menjadi dukungan langsung agar kondisi perekonomian semakin pulih sediakala. Kendati ada masalah wabah virus, tetapi 270 juta warga ini bisa mengambil peran secara bersama menyelamatkan perekonomian yang sedang diguncang oleh wabah ini.

Mari!

YupG. 26 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun