Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Dunia Membayar Harga Menghentikan Pandemi COVID-19

24 Maret 2020   20:48 Diperbarui: 24 Maret 2020   21:02 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.economist.com/leaders/2020/03/19/paying-to-stop-the-pandemic?fbclid=IwAR0RCXkjRkFw-6YVpDMhH8NvS5J6gUBamlaZgz5e6-93m0u2vmyDrigJNBw

I. Dunia Terinfeksi Covid-19

Selasa, 24 Maret 2020 tercatat sudah 194 negara yang terpapar virus corona Covid-19, seperti dilaporkan oleh worldometer. Artinya, hampir semua negara di dunia berdasarkan catatan PBB yaitu 193 negara terinfeksi virus corona yang mulai muncul dari kota Wuhan China pada pertengahan Desember 2019 yang lalu.

Apa yang diramalkan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO bahwa virus ini telah menjadi pandemik terbukti dengan penyebaran virus mematikan ini dan menghantam negara-negara di dunia satu persatu.

Tidak ada lagi negara yang bebas dari terjangan virus yang "misterius" ini. Korban pun berjatuhan satu persatu. Hingga hari ini, ketika virus corona telah menginfeksi seluruh dunia, angka kematian berada pada 16.585 orang, dengan jumlah 382.943 kasus secara global. Angka kesembuhan telah mencapai angka 102.522 kasus seperti di catat oleh worldometer. Dipastikan angka-angka ini akan terus bertumbuh dari hari ke hari.

Tidak bisa dipungkiri, wabah ini menghadirkan kepanikkan bahkan ketakutan yang cenderung menjadi teror di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena voirus Covid-19 masih misterius dalam banyak hal. Baik penyebb atau sumbernya, bentuknya, dan terutama belum ada satu antivirus yang mampu menangkalnya.

Sesungguhnya, bila penyebabnya sudah ditemukan, obatnya sudah ditemukan maka dipastikan akan segera berhenti ketakutan dan teror itu. Namun, karena masih misterius, maka berbagai langkah yang diambil selalu menjadi kontroversial, dan masyarakat sering berani mengambil risiko dengan tidak patuh.

Sementara, dunia menyaksikan bagaimana kota demi kota di beberapa negara di lakukan lockdown, bahkan diikuti dengan pengenaan sanksi bagi yang melanggar. Seperti yang bisa disaksikan di Italia, Malaysia, Singapura misalnya. Ya, lain negara lain cara menghadapi teror virus corona ini.

II. Virus yang Mematikan Dunia

Peringatan WHO tentang ancaman virus Covid-19 tidak main-main. Bahkan sejak dua bulan yang lalu, sudah mengingatkan bahwa jangan ada satu negara di dunia yang merasa tidak akan terinfeksi virus corona ini. Memang WHO tidak sedang main-main dengan peringatan itu, karena pola penyebaran yang terjadi menjelaskan hal itu, dan hari ini menjadi kenyataan semua negara di dunia terinfeksi.

Perbedaan sikap yang tajam dari sejumlah kepala negara di dunia menjadi salah satu penyebab virus ini akhirnya bisa menerjang dengan bebasnya. Memang, saran WHO untuk me-lockdown semua negara sangatlah keras tetapi sesungguhnya, hanya itulah cara yang sangat efektif untuk menghentikan dengan cepat penyebaran virus ini.

Memang tidak mudah me --lockdown sebuah kota apalagi sebuah negara, karena konsekuensinya sungguh tidak terbayangkan. Bahkan menjadi sebuah teror yang tidak diinginkan oleh siapapun. Itu sebabnya menjadi bervariasi bentuk implementasi di seluruh dunia. Melakukan dengan cara masing-masing.

Tetapi satu hal yang nyaris hampir sama dilakukan adalah menjaga jarak. Presiden Jokowi menyebutnya sebagai Strategi Social Distancing, dan Work From Home atau WFH. Jiwa strategi ini, mencegah interaksi sosial secara langsung, kontak langsung karena penyebaran virus akan terjadi dengan kontak demikian.

Suka atau tidak ini sangat efektif untuk mencegah penyebaran virus, dan pemerintah fokus mengobati yang sudah terinfeksi dan menjaga yang masih sehat untuk tidak infeksi. Tetapi, konsekuensi dari strategi ini, apalagi WFM, hindari kerumunan, jangan ke mall dan keramaian dan sebagainya menjadi pintu yang mematikan dunia ini.

Betul, dengan WFH, Social Distancing, Jaga Jarak maka sementara waktu seluruh aktivitas ekonomi menjadi terhenti, closed habis. Dan mulai disinilah masalah menjadi menggurita.  Sebab kehidupan masyarakat yang dibangun dan dijalankan berbasis sistem perekonomian yang menuntut dan mengharuskan mobilisasi sosial, interaksi, transaksi, baik produk maupun jasa menjadi seakan terhenti untuk sementara waktu.

Inilah sama saja mematikan bumi dari dinamika kehidupan yang berbasis ekonomi, pemenuhan kebutuhan setiap hari yang hanya mungkin dicapai kalau tidak berada di rumah. Pun WFH tetapi kebutuhannya harus didatangkan dari luar rumah.

III. Membayar Harga Menghentikan COVID-19

Majalah mingguan ekonomi The Economist edisi 19 Maret 2020 menurunkan laporan menarik dengan judul "Paying to stop the pandemic" yang menegaskan bahwa planet bumi ini sedang menuju proses untuk dilumpuhkan bahkan dimatikan.

Mengapa bumi sedang dalam proses dilumpuhkan, karena nyaris hampir semua negara di dunia mendorong bahkan menuntut agar warga negaranya menghindari masyarakat atau kerumuman massal, sebagai cara untuk melawan dan menghentikan Covid-19.

Nah, inilah yang menyebabkan dunia ekonomi terhuyung-huyung dan terjungkal habis-habisan, sebab pemerintah yang putus asa berusaha untuk mengatasi dengan menggelontorkan triliunan dollar dalam bantuan penyanggah serta jaminan pinjaman kredit dalam institusi keuangan. Ironisnya, masih belum ada kepastian sebarapa efektif cara ini menyelamatkan situasi bumi ini.

Planet earth is shutting down. In the struggle to get a grip on covid-19, one country after another is demanding that its citizens shun society. As that sends economies reeling, desperate governments are trying to tide over companies and consumers by handing out trillions of dollars in aid and loan guarantees. Nobody can be sure how well these rescues will work.

Saat ini dunia sedang membayar harga yang mahal untuk menghentikan penyebaran virus corona ini. Kalau tidak maka bumi yang sedang "sekarat" ini akan menjadi lebih "hancur" lagi kalau terlambat menghentikannya.

Betul sekali harga yang mahal, bahkan saat ini setiap negara memberikan perhatian super serius menghadapinya. Seluruh sumber daya yang dimiliki menjadi terikat dalam putaran dan pusaran penyebaran virus aneh ini.

Sesungguhnya, harga mahal yang dibayar oleh dunia ini, oleh setiap negara di dunia ini, karena dampak yang diakibatkan dari virus ini. Ada "kelumpuhan" sistem perekonomian yang cenderung porak poranda. Bukan karena perusahaan bangkrut, atau tidak sehat, tetapi karena manusia yang mengerjakan operasi perusahaan harus berhenti, dan di arahkan tinggal di rumah saja, work from home, sebagai cara untuk menghentikan penyebaran virus ini.

Lihat saja kinerja bursa efek di sejumlah negara di dunia yang anjlok hingga beradarah-darah di angka 30%. Di Indonesia saja, IHSG terjun bebas dari angka 6000-an dan minggu yang lalu mendekati angka 4000-an, bahkan dicurigai akan anjlok dibawah 4000-an itu. Kurs rupiah terhadap dolar AS telah melewati angka 16.000 rupiah per dolar AS.

Semua itu terjadi dan diikat penyebabnya oleh gentayangannya virus covid-19 yang mendorong setiap orang, investor untuk keluar dari sejumlah instrument investasi dan memindahkan di tempat yang dia rasa aman dan tenteram.

Bayangkan, berapa banyak fasilitas kredit yang mendominasi dinamika sektor ekonomi ril dan jasa akan anjlok habis-habisan dan terancam tidak mampu membayar cicilan pinjaman mereka. Ini semua harus dibayar mahal oleh setiap negara untuk menolong dan menyelamatkan situasi yang semakin sulit.

Pemerintah tidak bisa menghindar dan harus memikirkan dan mengambil langkah konkrit menyelamatkan situasi yang ada dengan beragam kemudahan, terobosan dan sebagaimana.

IV. Membaca Ending Wabah Covid-19

Bagaimana cara kita membaca arah dan ending dari penyebaran virus corona ini? Artinya, sampai kapankah wabah ini akan terus menteror dunia, dan seperti apa dampak yang akan ditinggalkan oleh virus ini?

Saya yakin dan tentu saja percaya bahwa tidak sulit memberikan jawaban dengan semua pertanyaan yang ada. Apa yang sudah dialami dan dilewati oleh sejumlah negara lain tentang wabah corona ini menjadi referensi aktual yang tidak bisa disangkal oleh siapapun. Baik yang sangat berhasil tetapi juga yang sangat gagal sedemikian sehingga korban jiwa menjadi taruhannya.

Artinya, negara-negara yang baru terjangkiti dan atau akan terjangkiti, harusnya lebih siap dan antisipatif kalau tidak ingin kejadian yang lebih buruk dan lebih horor akan dialami di negaranya.

Pengalaman China sebagai sumber awal berkembangnya virus corona ini, dan sampai sekarang telah memproklamirkan diri mampu bebas dan bisa mengendalikan wabah ini, patut menjadi referensi kunci bagi negara manapun. Demikian juga Korea Selatan, dan sejumlah negara lain yang telah mampu mengendalikan tanpa korban yang berlebihan.

Akan tetapi, sejumlah negara yang nampaknya "tidak perlu dicontoh" karena ketidakpatuhan masyarakatnya dalam ikut mendukung gerakan pemerintah dalam menhentikan pandemik covid-19 ini. Barangkali Italia adalah contoh yang bagus untuk itu. Bahkan negara ini tercatat sebagai negara yang jumlah korban jiwa terbanyak dari seluruh dunia hingga hari ini. Bahkan dia melewati jumlah korban jiwa di China, kendati jumlah kasus lebih besar di China.

Adakah negara-negara lain yang akan menjadi Italia berikutnya? Inilah yang menjadi ketakutan banyak negara lain. Dan terus berlomba  melakukan terobosan sesuai kondisi masing-masing untuk bisa menaklukan covid-19 ini.

Kalau melihat pengalaman dari China, maka nampaknya siklusnya antara 3 sampai 4 bulan untuk bisa menghentikan penyebaran virus corona ini. Tentu saja dengan asumsi strategi yang diambil tidaklah main-main. Maksudnya super serius dengan ketegasan tingkat dewa dari pemerintahannya sendiri. Bila tidak tegas pemerintah dalam menghentikan, maka hanya akan membuat kesengsaraan ini di masyarakat semakin lama saja.

Virus Covid-19 oleh para ahli mengatakan bahwa ini virus jenis baru yang biasa. Dan karenanya sedang berlomba-lomba para pakar menemukan obat mujarab untuk itu. Sejarah bencana virus di dunia telah membuktikan bahwa manusia mampu menemukan obatnya.

Publik berharap obat itu akan segera menjadi sebuah instrumen obat yang baru melawan keganasan virus corona ini. Suatu saat ketika kita sakit diare, maka obatnya sudah tersedia yaitu entrostop dan diare akan sembuh. Semoga COVID-19 juga akan sama levelnya dengan sakit diare.

Yupiter Gulo, 24 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun