Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Media Sosial, Virus Covid-19, dan Kepanikan Publik

19 Maret 2020   08:23 Diperbarui: 19 Maret 2020   09:30 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, fakta pagi ini melalui web worldometer memberitahukan per 18 Maret 2020 pukul 23.00 semalam, angka 218.556 kasus yang secara global telah menghantam di 173 negara di dunia. Dengan angka kematian hingga semalam sejumlah 8.939 kasus. Dan angka kesembuhan sudah mencapai 84.383 kasus.

Melalui data ini juga diketahui bahwa di China tidak ada pertambahan kematian dalam sehari, tetapi di negara-negara lain, muncul tambahan kematian yang semakin meningkat.

Dalam web ini juga diberitakan perkembangan Indonesia telah mencapai 227 kasus (ada 55 kasus baru dalam sehari), angka kematian sudah berada di 19 kasus (termasuk 22 kasus baru yang meninggal dalam sehari), dan angka kesembuhan pada angka 11 kasus saja.

Angka-angka ini akan terus berubah hari demi hari dan dapat diikuti oleh siapa saja dan memberikan pemahaman tentang kecenderungan apa yang akan terjadi kedepan.

Kepanikan Publik.

Setelah dua bulan lebih berkutat dengan sangat luar biasa, China bisa lega karena nampak pengendalian penyebaran disana sudah bisa dilakukan. Sehingga pertambahan kasus semakin melambat. Bahkan angka kematian setiap hari juga semakin menurun. Seperti data yang baru diatas, tidak ada kematian tambahan dalam sehari di China.

Berbeda dengan di negara lain, dan Indonesia khususnya. Nampak ada kepanikan dikalangan publik. Terutama ketika seminggu terakhir ini pemerintah menelorkan kebijakan atau strategi Social Distance untuk mengontrol penyebaran virus mematikan ini. Dengan cara antara lain belajar dan bekerja di rumah saja. Semua sekolah dan pekerjaan ASN dipindahkan dirumah, diminta warga membatasi pertemuan, perjalanan dan sebagaimana.

Strategi yang sangat baik ini nampaknya tidak mulus dalam implementasi, bahkan malah menimbulkan kepanikan dan mungkin sudah mulai ketakutan dikalangan masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti di Pulau Jawa. Karena implementasinya tidak dilakukan secara konsisten. Ada yang patuh mengikuti tetapi lebih banyak yang tidak patuh, bahkan malah ribut mempersoalkan hal-hal yang tidak substantive.

Koordinasi antar lembaga, pemerintah pusat dan daerah, serta semua stakehoklders nampak masih belum aligm semuanya. Katakanlah ini semacam transisi untuk beberapa hari kedepan sebelum semuanya patuh melakukannya.

Bahkan masa penanganan penyebaran virus ini diperpanjang hingga 90 hari di bulan Mei 2020. Sesuatu yang menjadi kepanikan baru bagi publik. Karena, ada ketakutan akan terjadinya krisis ketika kebutuhan sehari-hari tidak terkontrol bahkan malah terjadi rush misalnya karena panic buying.

Lagi-lagi, semua dinamika ini bisa diikuti melalui media sosial yang sepanjang waktu terus menyajikan situasi yang ada. Walaupun didalamnya banyak yang bersifat hoaks yang semakin membuat publik menjadi panic dan cenderung menjadi paranoid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun