Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Media Sosial, Virus Covid-19, dan Kepanikan Publik

19 Maret 2020   08:23 Diperbarui: 19 Maret 2020   09:30 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.voaindonesia.com/a/satu-pasien-positif-corona-meninggal-jatim-batasi-waktu-tempat-hiburan/5334576.html

Virus corona COVID-19 muncul pada saat dunia jagad raya berada pada puncak era digitalisasi dengan media sosial yang nyaris mengontrol dinamika kehidupan seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. Sedemikian rupa sehingga peristiwa sekecil apapun dapat diberitakan dan tersebar keseluruh dunia dengan kecepan yang nyaris "lebih kencang dari kecepatan cahaya".

Sangat bisa di mengerti ketika wabah virus corona muncul dari salah kota di China yaitu kota Wuhan, maka pada saat yang nyaris sama seluruh dunia tahu. Bahkan, dinamika informasinya begitu kencang sehingga campur baur antara fakta dan data dengan opini dan analisis.

Dipastikan publik akan menjadi bingung ketika tidak mampu lagi membedakan antara fakta dan data, informasi dan opini serta keputusan dan kebijakan penguasa. Kebingungan akan mendorong kepanikan serta bermuara pada ketakutan atau paranoid sebagai akibat dari kelemahan publik mengolah, menyaring serta mensikapi setiap informasi yang diterima melalui media sosial sepanjang waktu.

Itulah yang sedang dialami oleh semua orang di muka bumi ini. Sesuatu era atau mashab dimana informasi hadir menerjang setiap ruang-ruang pikiran, hati, dan relasi sosial antar manusia tanpa diperintah. Arus informasi bagaikan tsunami yang terus menggilas siapa saja, karena memang informasi itu sendiri bagaikan makhluk tanpa tuan yang mampu mengendalikannya.

Media Sosial

Melihat data yang ada saat ini, nampaknya tidak ada lagi yang mampu menghindari dan dengan demikian harus mengikuti media sosial yang telah menjadi kebutuhan setiap orang untuk melakukan interaksi. Tidak saja untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, pekerjaan bahkan juga untuk kepentingan bangsa dan negara.


Mengabaikan dan menghindari instrumen media sosial sesuatu yang tidak mungkin saat ini, kecuali kalau mau hidup ini terasing dari dinamika dunia yang terus berputar, berevolusi bahkan ber-revolusi, dan baru sadar ketika Anda merasa sudah ketinggalan dalam banyak hal.

Media sosial merupakan kenyataan hidup yang harus diterima sebagai bagian dari dinamika kehidupan di era abad 21 yang sedang berjalan ini. Menghindar atau membenci dari media sosial hanya akan menciptakan banyak masalah pada diri sendiri.

Mari melihat fakta aktual tentang mengapa media sosial ini benar-benar nyata dalam kehidupan masyarakat saat ini.

Dilansir dari detik.com yang menyajikan hasil riset tentang We Are Social disajikan perkembangan terakhir tentang kepemilikan digital dan sosial media di Indonesia pada tahun 2020 saat ini.

Terlihat bahwa ada 175,2 juta penduduk Indonesia yang menggunakan internet pada tahun 2020, yang meningkat 17% atau sekitar 25 juta penggunaan dibandingkan tahun 2019. Ini artinya, 64% penduduk Indonesia menggunakan Internet, dengan menggunakan angka 272,1 juta total penduduk Indonesia.

Menarik sekali, karena hasil penelitian menjelaskan bahwa sekitar 53% populasi penduduk Indonesia belanja melalui online. Ini sebuah lompatan besar dalam kurang 10 tahun terakhir. Walaupun pada sisi lain, hasil penelitian memperlihatkan bahwa 75% penggunaan internet di Indonesia digunakan untuk pemanfaatan aplikasi pemetaan. Ini terkait dengan maraknya tarnsportasi publik berbasis aplikasi.

Per bulan Januari 2020, memperlihatkan penduduk Indonesia yang menggunakan internet yang berusia antara 16 tahun hingga 64 tahun memiliki perangkat komunikasi digital yang luar biasa, yaitu :

Fakta-fakta diatas hendak menjelaskan bahwa orang Indonesia yang memiliki perlatan digital memang digunaka secara aktif sesuai kebutuhan. Tidak jadi soal apakah produktif atau tidk efisien dalam mengelola dinamika kehidupan.

Hasil penelitian ini juga mencengangkan, bahwa orang Indonesia itu sekitar 160 juta penduduk yang benar-benar aktif di wilayah media sosial. Ditemukan ada peningkatan sekitar 10 juta orang dibandingkan setahun sebelumnya di tahun 2019.

Nyaris hampir semua bentuk media sosial termanfaatkan di kalangan pengguna media sosial di Indonesia, seperti Youtube, WA, Fb, IG, Tw, Line, Link, Fb Mesenger, Pinterest, We Chat, dan lain-lain.

Artinya, informasi apapun yang berkembang sebagian besar penduduk negeri ini berada di garda terdepan mengetahuinya. Sangat mungkin, mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama mengetahuinya, atau yang pertama menyebarkannya. Sesuatu kecenderungan sosial yang sangat menonjol di mayarakat Indonesia. Disana ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri.

Wabah Virus COVID-19

Dengan fakta-fakta kepemilikan instrumen digital yang sudah dijelaskan diatas, menjadi sangat jelas sekarang bahwa publik selalu mengikuti setiap informasi yang beredar. Apalagi dan terutama informasi yang menghebohkan dunia, pasti publik akan mengikuti sehingga menjadi trending topics dan menjadi fokus perbincangan di ranah media sosial.

Wabah virus corona juga demikian, tidak lepas dari perhatian publik tidak saja yang ada di Indonesia tetapi juga yang ada di seluruh dunia saat ini. Jadilah publik menjadi pengamat dari semua apa yang terjadi. Pun yang terjadi di Indonesia, yang bisa di respon setiap saat melalui akun sosial media yang dimiliki.

Memang menjadi menarik ketika pemerintah sendiri terkesan telat melakukan sesuatu yang menurut publik harusnya bisa lebih cepat.

Woldometer merupakan salah web yang menyajikan secara live setiap perkembangan dari wabah virus COVID-19 ini. Dan semua publik bisa mengaksesnya, bisa beropini tentangnya dan bisa juga menyebarkannya.

Misalnya, fakta pagi ini melalui web worldometer memberitahukan per 18 Maret 2020 pukul 23.00 semalam, angka 218.556 kasus yang secara global telah menghantam di 173 negara di dunia. Dengan angka kematian hingga semalam sejumlah 8.939 kasus. Dan angka kesembuhan sudah mencapai 84.383 kasus.

Melalui data ini juga diketahui bahwa di China tidak ada pertambahan kematian dalam sehari, tetapi di negara-negara lain, muncul tambahan kematian yang semakin meningkat.

Dalam web ini juga diberitakan perkembangan Indonesia telah mencapai 227 kasus (ada 55 kasus baru dalam sehari), angka kematian sudah berada di 19 kasus (termasuk 22 kasus baru yang meninggal dalam sehari), dan angka kesembuhan pada angka 11 kasus saja.

Angka-angka ini akan terus berubah hari demi hari dan dapat diikuti oleh siapa saja dan memberikan pemahaman tentang kecenderungan apa yang akan terjadi kedepan.

Kepanikan Publik.

Setelah dua bulan lebih berkutat dengan sangat luar biasa, China bisa lega karena nampak pengendalian penyebaran disana sudah bisa dilakukan. Sehingga pertambahan kasus semakin melambat. Bahkan angka kematian setiap hari juga semakin menurun. Seperti data yang baru diatas, tidak ada kematian tambahan dalam sehari di China.

Berbeda dengan di negara lain, dan Indonesia khususnya. Nampak ada kepanikan dikalangan publik. Terutama ketika seminggu terakhir ini pemerintah menelorkan kebijakan atau strategi Social Distance untuk mengontrol penyebaran virus mematikan ini. Dengan cara antara lain belajar dan bekerja di rumah saja. Semua sekolah dan pekerjaan ASN dipindahkan dirumah, diminta warga membatasi pertemuan, perjalanan dan sebagaimana.

Strategi yang sangat baik ini nampaknya tidak mulus dalam implementasi, bahkan malah menimbulkan kepanikan dan mungkin sudah mulai ketakutan dikalangan masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti di Pulau Jawa. Karena implementasinya tidak dilakukan secara konsisten. Ada yang patuh mengikuti tetapi lebih banyak yang tidak patuh, bahkan malah ribut mempersoalkan hal-hal yang tidak substantive.

Koordinasi antar lembaga, pemerintah pusat dan daerah, serta semua stakehoklders nampak masih belum aligm semuanya. Katakanlah ini semacam transisi untuk beberapa hari kedepan sebelum semuanya patuh melakukannya.

Bahkan masa penanganan penyebaran virus ini diperpanjang hingga 90 hari di bulan Mei 2020. Sesuatu yang menjadi kepanikan baru bagi publik. Karena, ada ketakutan akan terjadinya krisis ketika kebutuhan sehari-hari tidak terkontrol bahkan malah terjadi rush misalnya karena panic buying.

Lagi-lagi, semua dinamika ini bisa diikuti melalui media sosial yang sepanjang waktu terus menyajikan situasi yang ada. Walaupun didalamnya banyak yang bersifat hoaks yang semakin membuat publik menjadi panic dan cenderung menjadi paranoid.

Tidak bisa dihindari juga bahwa pemberitaan dari berbagai media menjadi slah satu sumber yang signifikan dari  kepanikan bahkan ketakutan publik. Dalam banyak hal, ada banyak media daring, televisi yang cenderung mengejar tayang, sensasi dan abaikan kondisi psikis publik yang sangat rentan dengan berita yang tidak bisa dicerna. Paling tidak, hal itulah yang diberitakan oleh voaindonesia dengan kesimpulan sederhana yaitu Virus Corona di Media: Edukatif atau Bikin Panik?.

Pemerintah harus tegas dalam menggariskan strategi dan kebijakan dalam koordinasi yang ketat dan kuat dari pusat ke daerah, dan semua menjaga pelaksanaan strategi Social Distance ini agar tujuannya dapat tercapai dengan efektif.

Yupiter Gulo, 19 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun