Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Penjara Perfeksionisme

20 Oktober 2018   14:00 Diperbarui: 20 Oktober 2018   16:00 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com (grinvalds/Thinkstock)

Mendengar kata perfeksionisme, pada umumnya orang cenderung berpikir hal yang negative dibandingkan dengan hal yang positif.

Misalnya, kegagalan seseorang sering dikaitkan dengan orang itu terlalu perfek sehingga apa yang diinginkan tidak pernah terwujud. Contoh lain, seseorang yang sering menemui kegagalan, atau gagal, kepadanya sering diberi nasehat agar jangan lagi terlalu perfek ya, kalau bisa, apa saja dulu yang bisa dikerjakan kerjakan saja. Jangan terlalu sempurna dulu.

Saya mempunyai seorang rekan sekerja, dalam sebuah pelayanan sosial, yang usianya sudah masuk angka 40an, dan sampai sekarang masih belum menikah.

Setiap ada meeting, maka hampir semua peserta, sambil bercanda selalu bertanya, kapan saudara menikah? Sudah ada atau belum ada calonnyakah? Lalu, selalu diiringi dengan nasehat, jangan terlalu perfeklah makanya kamu tidak dapat!.

Jarang sekali keberhasilan orang dihubungkan dengan sifat perfeksionisme seseorang. Sebagai contoh, ketika seseorang berhasil dan sukses, kemudian dikatakan bahwa dia pantas sukses karena dia tergolong perfeksionisme. Yang sering kita dengar adalah karya seseorang yang hebat, dan sering terdengar ungkapan "waow, karyanya sempurna sekali".

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Dan kata perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme (Wikipedia.com).

Semakin tinggi sifat perfeksionisme seseorang maka semakin fokus pada hal-hal diri sendiri yang cenerung mengganggu dan merusak diri sendiri.

Pada bentuknya sebagai penyakit bisa diamati bahwa sifat perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif, sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit, dan suka menunda sebagai akibat dari seseorang itu merasa belum ada kesempurnaan yang dibayangkan.

Sebagai konsekuensi yang sangat fatal dari perfeksionisme adalah, bahwa hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun yang direncanakan dan akan dikerjakannya.

Orang yang potensial, namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya untuk mewujudnyatakan mimpi-mimpi besarnya.

Orang yang memiliki kadar perfeksionisme yang tinggi, maka hasrat menciptakan produk atau sesuatu yang terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu, karena semua hal dan semua aspek hendak diakomodir dan dipertimbangkan dalam ciptaannya. Sesuatu yang sangat tidak mungkin bisa dilakukannya.

Mereka yang mau sempurna terlalu banyak masalah yang menyertai dan menindisnya. Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya lelah dengan sendirinya.

Memiliki obsesi akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya sedemikian rupa sehingga langkahnya dan aksinya semakin jauh dari mimpi dan cita-citanya. Artinya kandas semua.

Harus difahami dan diingat bahwa orang-orang yang perfeksionis akan cepat kehabisan energi dan sumberdayanya karena terus-menerus memelihara rasa cemas tentang bagaimana menyempurnakan sesuatu yang akan dikerjakannya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu. Pikiran mereka selalu dikelilingi oleh berbagai andaian, andaian dan asumsi yang sesungguhnya semakin diandaikan maka semakin jauh dari kenyataan.

Inilah yang disebut sebagai penjara perfeksionisme yang diciptakan sendiri oleh keinginannya untuk selalu sempurna dalam segala hal, mulai dari berpikir, bertindak, bersikap dan berbuat. Semakin perfek seseorang maka penjara ini akan semakin kuat dan berat adanya.

Ada beberapa hal yang akan menjadi rusak dan membahayakan psikologis seseorang bila tidak bisa keluar dari penjara perfeksionisme itu

1. Perfeksionisme akan mengalahkan motivasi diri Anda. 

Apabila Anda atau seseorang pernah memiliki sebuah pekerjaan, atau sebuah proyek, yang pengerjaannya belumlah selesai hingga sekarang. Dan mungkin Anda terus berpikir bahwa proyek ini suatu hari nanti pasti akan mengerjakan dan menyelesaikannnya. Namun sesuatu menjadi kenyataan yang Anda rasakan dan hadapi.

Entah bagaimana, Anda tidak bisa mengambil langkah pertama untuk memulai mengerjakan proyek ini. Nah, salah satu penyebabnya sangat mungkin adalah perfeksionisme yang ada dalam diri Anda. 

Dalam pikiran, Anda menunggu keadaan atau waktu yang sempurna, atau Anda menunggu sampai anak-anak Anda lulus sekolah, atau Anda menunggu sampai uang Anda cukup banyak. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lain yang Anda bangun dan letakkan dalam pikiran Anda sehingga Anda sangat yakin mengapa Anda belum bisa memulai menjalankan proyek Anda itu.

Inilah biang kerok masalah yang ada dalam diri seorang perfeksionisme itu. Yaitu, ketika Anda menetapkan sebuah standar yang begitu tinggi bagi karya atau pekerjaan Anda, maka perfeksionisme menyebabkan kelumpuhan. Dan lihatlah, Anda memahami dan menyadari akibatnya, yaitu Anda tak bisa bahkan mungkin tidak pernah mampu menyelesaikan pekerjaan apa pun.

Motivasi Anda akan lum[uh habis, ketika sifat perfeksionisme Anda semakin menjadi-jadi. Dalam banyak kasus, banyak orang perfeksionisme yang tidak pernah menyadarinya hingga dia harus meninggalkan dunia yang fana ini.

Sepotong kata dan pesan bijak yang mengatakan bahwa:

"Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai" - Pengkhotbah

Sikap perfek dibutuhkan sebagai benchmark, tetapi tindakan akan jauh lebih penting karena itulah yang bisa merubah keadaan.

Sumber ilustrasi: insbright.com
Sumber ilustrasi: insbright.com
2. Itu merusak hubungan Anda.

Dalam prakteknya tanpa disadari bahwa perfeksionisme, atau sifat keinginan untuk selalu benar, akan merusak banyak hubungan dengan orang lain. 

Mengapa demikian? Karena sifat ingin sempurna sesungguhnya, berakar pada kekhawatiran seseorang akan hasil karya atau pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam pikirannnya, ada ketakutan kalau pekerjaannya gagal, tidak baik, buruk dan tidak disukai oleh orang lain. Inilah akar kekuatirkan yang tidak disadari oleh seorang perfeksioniems.

Para perfeksionis yang keras dan yang menuntut orang lain sesungguhnya juga begitu keras dan menuntut diri mereka sendiri.

Mereka memperlakukan orang lain sama dengan pikiran dan perilakunya asendiri. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi, apalagi bila semua orang dilingkungannya tidak mau diperlakukan seperti dia. Maka hubungan sosial menjadi rusak, menjauh bahkan putus berkeping-keping.

Sesungguhnya dalam kenyataan hubungan sosial, tidak ada orang yang suka diomeli atau terus-menerus dikoreksi oleh si perfek ini. Itu membuat Anda frustrasi dan kesal! Sebagai konsekuensi logis adalah bahwa si perfeksionisme ini dunia mereka penuh dengan kesendiriaan saja.

3. Itu menghancurkan kebahagiaan Anda.

Orang yang perfeksionisme cenderung menyalahkan dirinya sendiri dalam proses mencapai kesempurnaan yang dipikirkan dan dibayangkannya. Lebih parah lagi, akan marah dan mengomel kepada diri sendiri saat proses itu tidak juga mampu dilakukannnya.

Ini sangtalah berbahaya adanya. Semakin perfek seseorang maka tensi ngomelnya akan semakin tinggi pula, dan nafsu marahnya bisa jadi akan semakin parah. Gerutuan yang muncul dapat membuat Anda begitu marah dan jengkel

Secara psikologis, sesungguhnya Anda sendirilah sebagai pengkritik paling kejam atas diri Anda sendiri, dan bukana orang lain. Ini wajar, karena orang yang perfek memahami betul isi pikiran, dan hatinya. Juga memahami betul sebenarnya kelemahannya saat apa yang diinginkannya tidak bisa diwujudkannya. Larinya, perilakuknya akan menyerang diri sendiri dengan gerutuan, omelan, amarah dan sebagainya.

Oleh karenanya, inilah yang sebenarnya terjadi dalam diri orang yang sangat perfek itu. Karena cenderung membenci dan bahkan tidak menyukai orang yang bersungut-sungut pada dirinya, tapi jika Anda selalu mengomel kepada diri Anda sendiri, menurut Anda apa artinya? Ya, itu artinya Anda tidak menyukai diri sendiri dan membencinya.

Anda berpikir Anda tidak cukup baik. Anda menganggap bahwa dengan mengingatkan diri Anda kesalahan sendiri akan memotivasi Anda untuk melakukan hal yang benar! Ini kesalahan fatal lagi bagi konflik berpikir seorang perfeksionisme.

Without hard work and discipline it is difficult to be a top professional - Jahangir Khan

 Yupiter Gulo. 20 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun