Mohon tunggu...
Yuyun Suminah
Yuyun Suminah Mohon Tunggu... Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Seseorang yang memiliki hobi menulis dan membaca, aktivitasnya selain sebagai seorang guru, pendongeng, reporter di Komunitas Remaja Smart with Islam

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah, Antara Takut atau Ditakut-Takuti

13 Oktober 2025   15:13 Diperbarui: 13 Oktober 2025   15:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Yuyun Suminah

Proses hidup yang akan dilaui oleh setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan yaitu menikah. Untuk menuju langkah tersebut jangan coba-coba, asal-asalan, modal nekat tanpa ilmu dan persiapan mental. Pernikahan bukan sehari dua hari tapi selamanya tidak hanya di dunia bahkan bisa sampai ke akhirat. 

Persiapan untuk menuju pernikahan perlu dilakukan setiap individu, seperti meluruskan niat menikah, ilmu agama yang kaitannya dengan hak dan kewajiban suami istri, ilmu komuniasi, finansial dan mental.

Persiapan pun dilakukan juga oleh lembaga terkait diantaranya memberikan edukasi kepada bakal calon-calonnya termasuk kepada para pelajar SMA maupun SMK seperti yang dilakukan oleh SMAN 1 Babakancikao, Purwakarta menjadi tempat pengarahan pernikahan kepada para pelajar kelas 12, yang dihadiri oleh Penyuluh Agama IsIam Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Babakancikao, Hakim Muslim, H Dede Sopyan dan Iwan Setiawan pada hari Rabu, 3/8/2025.

Isi dari penyuluhan tersebut yang disampaikan oleh penyuluh agama bahwa tujuan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada remaja akan pentingnya menyiapkan mental, emosional, pendidika  hingga ekonomi sebelum memutuskan untuk menikah.

Jika kita melihat fakta saat ini tak sedikit pasangan yang menjalani pernikahan tumbang ditengah jalan (gagal) dengan dilatar belakangi berbagai faktor. Diantaranya Kekerasan rumah tangga, faktor perselingkuhan, ekonomi, belum siap mental dan lainnya sehingga memicu banyaknya konflik. 

Dari fakta tersebut pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi angka percerain yaitu dengan menunda untuk menikah. Penyuluh agama pun menaruh harapan dengan diadakannya penyuluhan ini para remaja akan fokus kepada pendidikan dan karier dulu. Setelah sukses baru memikirkan pernikahan. 

Menuju pernikahan memang perlu kesiapan namun apakah harus menunggu sukses dulu, sukses seperti apa? Menunggu punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, kerja yang mapan, sehingga ada ungkapan "jangan menikah jika belum punya ini itu" lebih dilihat ke kesiapan materi, jabatan, pendidikan apakah itu yang menjadi tolak ukurnya?

Dalam sistem saat ini yaitu sistem kapitalisme yang semua perbuatan selalu diukur oleh materi faktor tersebut dijadikan tolak ukur seseorang menuju pernikahan. Tanpa dibarengi ilmu agama, dan apakah kesuksesan dunia tersebut dirihdoi? Sehingga jalan tengah dari solusi keinginan menikah tersebut diluapkan dengan jalan yang haram yaitu pacaran dulu. Bertahun-tahun bergelut dengan maksiat demi kata sukses dulu sambil pacaran.

Maka menjadi wajar ketika hasil dari pacaran pergaulan bebas yaitu terjadinya hamil diluar nikah. Bahaya yang lebih ngeri karena belum siap secara materi melakukan aborsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun