Oleh : Yuyun Suminah
Proses hidup yang akan dilaui oleh setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan yaitu menikah. Untuk menuju langkah tersebut jangan coba-coba, asal-asalan, modal nekat tanpa ilmu dan persiapan mental. Pernikahan bukan sehari dua hari tapi selamanya tidak hanya di dunia bahkan bisa sampai ke akhirat.Â
Persiapan untuk menuju pernikahan perlu dilakukan setiap individu, seperti meluruskan niat menikah, ilmu agama yang kaitannya dengan hak dan kewajiban suami istri, ilmu komuniasi, finansial dan mental.
Persiapan pun dilakukan juga oleh lembaga terkait diantaranya memberikan edukasi kepada bakal calon-calonnya termasuk kepada para pelajar SMA maupun SMK seperti yang dilakukan oleh SMAN 1 Babakancikao, Purwakarta menjadi tempat pengarahan pernikahan kepada para pelajar kelas 12, yang dihadiri oleh Penyuluh Agama IsIam Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Babakancikao, Hakim Muslim, H Dede Sopyan dan Iwan Setiawan pada hari Rabu, 3/8/2025.
Isi dari penyuluhan tersebut yang disampaikan oleh penyuluh agama bahwa tujuan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada remaja akan pentingnya menyiapkan mental, emosional, pendidika  hingga ekonomi sebelum memutuskan untuk menikah.
Jika kita melihat fakta saat ini tak sedikit pasangan yang menjalani pernikahan tumbang ditengah jalan (gagal) dengan dilatar belakangi berbagai faktor. Diantaranya Kekerasan rumah tangga, faktor perselingkuhan, ekonomi, belum siap mental dan lainnya sehingga memicu banyaknya konflik.Â
Dari fakta tersebut pemerintah memberikan solusi untuk mengurangi angka percerain yaitu dengan menunda untuk menikah. Penyuluh agama pun menaruh harapan dengan diadakannya penyuluhan ini para remaja akan fokus kepada pendidikan dan karier dulu. Setelah sukses baru memikirkan pernikahan.Â
Menuju pernikahan memang perlu kesiapan namun apakah harus menunggu sukses dulu, sukses seperti apa? Menunggu punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, kerja yang mapan, sehingga ada ungkapan "jangan menikah jika belum punya ini itu" lebih dilihat ke kesiapan materi, jabatan, pendidikan apakah itu yang menjadi tolak ukurnya?
Dalam sistem saat ini yaitu sistem kapitalisme yang semua perbuatan selalu diukur oleh materi faktor tersebut dijadikan tolak ukur seseorang menuju pernikahan. Tanpa dibarengi ilmu agama, dan apakah kesuksesan dunia tersebut dirihdoi? Sehingga jalan tengah dari solusi keinginan menikah tersebut diluapkan dengan jalan yang haram yaitu pacaran dulu. Bertahun-tahun bergelut dengan maksiat demi kata sukses dulu sambil pacaran.
Maka menjadi wajar ketika hasil dari pacaran pergaulan bebas yaitu terjadinya hamil diluar nikah. Bahaya yang lebih ngeri karena belum siap secara materi melakukan aborsi.
Seperti itulah faktanya saat ini dalam sistem kapitalisme faham yang melahirkan pemahaman bahwa agama tak mengatur hal tersebut, bahwa agama hanya kaitannya dengan ibadah individu dengan Tuhannya saja.
Lantas bagaimana bagi para remaja dan pasangan yang sudah ada keinginan menikah jadi takut menikah karena faktor dalam diri sendiri atau karena ditakut-takut?
Tidak akan terjadi seseorang takut menikah lantaran terbentur materi, bagaimana nanti menafkasi anak istri, bagaimana biaya pendidikannya, kesehatannya dan lainnya. justru dalam Islam akan dikondisikan semua aspek kehidupannya. Diantaranya:
1. Individu, ketika seseorang sudah ada keinginan menikah namun masih belum siap secara materi maupun mental dan ilmu. Rasulullah bersabda diperintahakan berpuasa. Islam mampu mengkondisikan setiap individu yaitu ketaatannya kepada Allah, Rasulullah berpesan lewat sabdanya
"Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya." (HR. Bukhari).
2. Lingkungan, Â pergaulan dalam agama Islam akan diatur sedemikian rupa agar tidak ada celah terjadinya sebuah pernikahan karena kecelakaan hamil diluar nikah. Kondisi lingkungan yang kondusif, nyaman dan aman dan hukum -hukum Allah diterapkan seperti mengatur interaksi laki-laki dan perempuan, menghindari lkhtilat, campur baur yang tidak diperbolehkanNya dan lainnya.
3. Peran negara, Rasulullah bersabda "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis di atas dengan tegas bahwa semua kebutuhan rakyat menjadi tanggungjawab pengusa. Jika ada seorang yang siap menikah namun terkendala materi negara akan menyiapkannya, jika laki-laki tersebut belum memiliki pekerjaan akan difasilitasi, jika ilmunya belum siap akan diberikan edukasi tentang pernikahan dan atas dorongan takwa.
Maka sukses dunia diraih dan keberkahan dalam genggaman, setiap manusia tidak akan terhalang dalam meraih kesuksesan pendidikan maupun karir. Semua bisa diraih dengan baik asalkan sesuai dengan syariatNya.Â
Maka tidak ada istilah para pemuda pemudi takut menikah lantaran belum siap secara materi. Karena peran negara dalam Islam mengoptimalkan baik secara individu maupun lingkungan. Wallahua'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI