Mohon tunggu...
Yuni Candra
Yuni Candra Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi, Pengamat, Trainer, Penulis, dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mengolah Tradisi, Menyulap Pisang Menjadi Peluang Emas

12 Agustus 2025   23:16 Diperbarui: 12 Agustus 2025   23:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Peserta Kegiatan Pelatihan Pengembangan Inovasi UMKM 

Sore ini, Selasa 12 Agustus 2025, di Korong Gantiang, Nagari Lubuak Aluang, aroma manis pisang goreng menyeruak di udara. Beralaskan terpal sederhana, warga setempat duduk melingkar bersama mahasiswa berseragam almamater hijau tua. Mereka tak sekadar berbincang santai, tetapi membahas langkah besar: menjadikan keripik pisang sebagai pintu masuk penguatan ekonomi nagari.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bidang manajemen Universitas Tamansiswa Padang. Ketua Mahasiswa KKN Korong Gantiang, Didi Perwira Negara, menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya fokus pada teknik produksi. "Tujuannya adalah memadukan tradisi lokal dengan sentuhan inovasi agar produk berbahan dasar pisang mampu bersaing di pasar yang lebih luas," ujarnya.

Pisang: Tradisi yang Tak Pernah Usang

Bagi masyarakat Sumatera Barat, pisang adalah tanaman yang akrab di kebun dan pekarangan rumah. Selama ini, olahannya masih didominasi kudapan klasik seperti pisang goreng, kolak, atau keripik gurih. Namun kini, muncul inovasi keripik pisang lumer---renyah di luar, meleleh di mulut, dengan balutan cokelat, karamel, atau varian rasa kekinian.

Produk semacam ini tidak hanya menawarkan rasa, tetapi juga pengalaman menikmati camilan. Konsumen modern, khususnya generasi muda, menginginkan sensasi baru, kemasan estetik, serta cerita menarik di balik produk.

Kreativitas dan Inovasi: Nafas UMKM

Dr. Yuni Candra, SE., MM, Dosen Pembimbing Lapangan dan pakar ekonomi kreatif, menekankan bahwa inovasi tidak berarti meninggalkan tradisi. "Kuncinya adalah memberi sentuhan baru agar produk tetap relevan dan diminati," katanya.

Ia mencontohkan, keripik pisang biasa dapat "naik kelas" melalui varian rasa seperti matcha, taro, stroberi, atau kopi. Kemasan ramah lingkungan yang mengangkat identitas lokal juga dapat menjadi pembeda di pasar. "Konsumen membeli rasa, tetapi yang membuat mereka kembali adalah cerita di balik produk," ujarnya.

Dr. Yuni Candra, SE., M.M Menyampaikan Materi 
Dr. Yuni Candra, SE., M.M Menyampaikan Materi 

Branding: Membuat Produk Melekat di Ingatan

Dr. H. Rahmat, MM, Dosen Magister Manajemen FEB Unitas Padang, menegaskan pentingnya membangun brand yang kuat. "Produk enak belum tentu berhasil jika orang tidak mengingat namanya," tegasnya.

Menurutnya, branding adalah upaya membangun citra yang konsisten mulai dari desain kemasan, warna, tipografi, hingga gaya komunikasi di media sosial. "Jika keripik pisang lumer memiliki identitas visual yang kuat dan didukung cerita menarik di Instagram atau TikTok, peluang untuk viral akan semakin besar," ujarnya.

Dr. H. Rahmat, M.M Menyampaikan Materi 
Dr. H. Rahmat, M.M Menyampaikan Materi 

Dari Teori ke Praktek

Setelah sesi pemaparan, warga langsung mempraktikkan pembuatan keripik pisang lumer bersama mahasiswa KKN. Mereka belajar teknik memotong tipis, menggoreng hingga renyah, serta melapisi keripik dengan cokelat, rasa pedas manis, atau keju.

Selain keterampilan teknis, warga juga diajarkan cara menghitung biaya produksi, menentukan harga jual, dan merancang strategi pemasaran. Inilah sinergi pengetahuan akademik dengan realitas ekonomi desa.

Tantangan dan Peluang di Era Digital

Di tengah perkembangan teknologi, tantangan UMKM bukan hanya menjaga kualitas produk, tetapi juga memperluas pasar. Banyak pelaku usaha kecil memiliki produk bagus, namun terkendala dalam pemasaran digital dan distribusi.

Generasi muda dapat menjadi jembatan, membantu UMKM memanfaatkan e-commerce, media sosial, dan layanan pesan-antar. Dengan kemasan yang tepat dan izin edar resmi, keripik pisang lumer dari Padang Pariaman berpeluang menembus pasar nasional, bahkan internasional.

Dari Korong Menuju Pasar Global

Bayangkan, dari dapur sederhana di Korong Gantiang, lahir camilan khas yang dikemas cantik, bercerita tentang tradisi, dan dipasarkan ke Jakarta, Surabaya, hingga luar negeri. Inilah esensi ekonomi kreatif: mengolah akar budaya menjadi produk bernilai tinggi.

Harapan yang Tumbuh

Program KKN memang singkat, tetapi manfaatnya dapat berjangka panjang. Warga memperoleh keterampilan dan ide segar, sementara mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata menerapkan teori di tengah masyarakat.

Keripik pisang lumer hanyalah awal. Dari sini, potensi lokal lain, mulai dari minuman herbal hingga kerajinan tangan dapat dikembangkan dengan sentuhan kreativitas dan inovasi.

Masa depan desa tak lagi identik dengan keterbelakangan, melainkan pusat inovasi. Korong Gantiang membuktikan bahwa perubahan dapat dimulai dari ide sederhana, kolaborasi, dan keberanian mencoba.

Seperti diungkapkan Dr. Yuni Candra, "Kreativitas dan inovasi akan membuat produk kita dicintai konsumen." Dan Dr. H. Rahmat menambahkan, "Brand yang unik akan membuat orang mencarinya kembali."

Di setiap gigitan keripik pisang lumer, tersimpan rasa tradisi, kerja keras, dan mimpi besar yang layak diperjuangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun