Mohon tunggu...
Boarneges
Boarneges Mohon Tunggu... Profesional -

"Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa,

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gadis Pembasuh Enso

2 September 2016   13:18 Diperbarui: 2 September 2016   13:40 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan ini, dan rindu yang bertumpu pada sunyi
aku sendiri mencipta takdir
sejenak terhenti, sejanak lebat
seakan mencibir harap dari dompet kulit lusuh yang cemas
mencemasi gejala enso yang berisik
berita kekeringan melanda
apakah kering akan berkepanjangan?
tak ada jawab.

Aku tetap saja sendiri
menatap layar kaca dan riak-riak parlemen
menuntut duit bulanannya ditambahkan berlembar-lembar
asprasi wakil rakyat di atas musim kering di tanggal akhir
berbuntut kecam dan geleng-geleng jelata
atas ulah tak bersadar pilihan mereka

Ah, masih saja aku sendiri
bertumpu pada malam pekat
dalam hujan aku teringat
wajah ayu melintasi pandangan kosong yang tetiba membayang
gadis kurus kesayangan ayahnya
ia belajar pangan dan kerja di gedung tani
ia manis, periang

Lalu rinduku melebat padanya menandingi hujan
gadis ayu yang bertahan pada makna keyakinan, harap dan cinta
apalagi yang diharapkan pada dunia sendu ini
tapi ia tidak
dalam wajahnya terbesrsit tegar
hanya sedikit ragu dari canggunya hidup

Lantas, mengapa jua aku merindu
entah apa isi kepalanya kini
mungkin tentang panen atau embel-embel birokrasi
alurnya mirip urusan bilateral antar negara
macam Amerika atu Jepang
atau mungkin semacam perebutan laut China
aku tak tahu
yang kutahu bukan aku

Hujan reda, aku sendiri
hanya suara ocehan sinetron yang menjual kemiskinan
mengumbar paha dan beringasnya kaum atas
masih kering
kali ini hatiku mengering lusuh
hingga kusadari ada titik embun yang jatuh
memberikan sedikit lega yang tak rumit
melawan keringnya musim enso

Bagaimana embun ini menjatuh?
karena hujan yang melebat?
bukan! bukan karena hujan!
hingga kumengerti wajah ayu itu
ya! wajah ayu itu
hanya ia yang mampu memberi sejumput sejuk
tak terteguk hanya terindu
entah apa isi kepalanya kini?
Aku tak tahu, yang kutahu bukan aku.

dalam gelap, 01 September 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun