Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rencana dalam Penantian Mungkin, atau Keterlengahan

27 Maret 2023   11:08 Diperbarui: 27 Maret 2023   11:14 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karya Eko Nugroho di pameran Galeri Bega, Australia. Foto M Hilmi Baiq (KOMPAS) https://www.kompas.id/baca/hiburan/2020/10/11/suara-dari-tenggara/  

"Biar diantar ojeg saja Pak. Itu di depan stasiun, deket kok....". Aku menurut saja, dengan membayar Rp 20 ribu. Akan kudatangi si misteri itu. Memang apa bisa dia menghunus parang, dan menyarungkannya kembali. Blaik, wedhus, aku tidak bisa konsentrasi karena pikiran yang berkecamuk ini. Pertanyaan itu selalu melintas di perjalananku saat ngojek. Tukang ojek mengajakku ngobrol, tapi aku tak bisa mendengarnya. Pikiranku masih ke pertanyaan-pertanyaan itu.

III

Kuota whatsapp sudah habis empat hari ini. Nasibnya barangkali mirip pemiliknya di rezim Jokowi. Sejak era Jokowi bergulir entah sudah berapa musim aku kehilangan banyak janji. Dari mulai mau diberi tips sampai pekerjaan, dari lokasi rumah sampai kontrakan. Ini semua memang soal janji, apesnya kok tidak sampai ditepati.

Sore berikutnya aku melangkah ke jalan proklamasi. Untuk sekedar merekam naskah Soekarno Hatta atau terharu sambil mata berkaca melihat patungnya. Di tengah gerimis bulan April aku benar benar ngelangut alias "mak ret" dan macet laksana bulan Maret. Mak ret, macet, Maret, dan Ngampret kata Gepeng lewat "untung ada saya". Lalu aku mengendap bak kucing yang merajuk ke orang yang kutemui di warteg cikini. Pemiliknya sudah tau kalau aku banyak membual maka tidak punya uang. Begitulah hidup di bulan kemarau sementara gerimis masih terbit dalam hitungan menit.

Sepuluh menit kemudian mendung seakan memohon tuannya untuk turun. Lalu dia akan gemericik datang dan manusia menyebutnya hujan. Seterawang pandang dari kejauhan mereka yang punya urusan akan bergerak bagaikan tawon di musim semi. Ngueng --ngueng- ngueng tak karuan. Lalu mereka akan makan kudapan di sepanjang pasar. Biar kuat fisik katanya.

Friedman dalam Glasson (1974: 5) menyatakan bahwa perencanaan membutuhkan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat. Artinya aspirasi masyarakat haris diperhatikan, demikian pula dengan keterlibatan masyarakat dalam proses itu.

Aku mengulangi sampai entah berapa kali. Mestikah perencanaan dalam pindah kota mengikuti definisi itu. Aku ingin seperti elang yang terbang sendiri lalu mendapatkan buruan yang kucari dan kubagi nanti. Jalan proklamasi samping hotel itu. Ada sohibku yang akan aku ajag rembugan. Mereka suami istri yang pernah menyelamatkanku dari kehilangan pekerjaan sore itu. Sementara kakakku membutuhkan uang untuk rawat inapnya, maka mereka membantu dengan seketika. Pada kesempatan pertama, dan aku tidak akan melupakan. Suami istri tanpa anak di samping hotel dekat Proklamasi.

Kebumen ya kebumen kangmas dan mbakyu, dan sejumput harapan yang akan aku taruh di sana. Mendengar cerita sukses kota miskin jadi kota model kemajuan, atau barangkali karier pak Buyar W. menjadi Bupati. Semuanya akan mengharu biru kalau tidak aku rencanakan di hari ini. Namun temanku, suami istri itu, menyarankan agar ke Krakozhia, ikut proyek perbaikan malnutrisi dari WHO di sana.

Bupati Kebumen saat ini --dari cerita stafnya- telah mengalami pergolakan hidup yang ngaudubilah saat remaja. Mungkin pernyataan "soft sea never made a great sailor" tampaknya berlaku. Membiayai sekolah SMP dan SMA-nya di bandung dengan biaya sendiri. Tiga tahun sekolah dan tiga tahun cuti untuk bekerja. Akhirnya lulus SMA di usia 23 tahun. Perkenalannya dengan anak mantan presiden telah mengantarnya kepada kepercayaan dan dia mampu menjalankan kenakodaannya di tengah krisis.

Aku jadi teringat bapak penjual teh kotak itu. Nyonyah sipir penjara mengatakan dia di Kebumen. Aku ke sana untuk pekerjaan atau untuk menyari dirinya. Tenyata bisadua duanya. Tapi suami itu, yang pernah menyelamatkanku, tetap menyarankan agar aku ke Krakozhia. "Cepat berangkat aja. Kamu pakai tanda pengenal ini dan segala paspornya. Identitasmu akan berganti di sana".

IV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun