Mohon tunggu...
yuni husen
yuni husen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Islam Anak usia Dini

percaya dan yakin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kapan Mulai Mengenalkan Identitas Gender pada Anak?

10 Oktober 2021   13:12 Diperbarui: 12 Oktober 2021   03:56 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua sedang mengenalkan identitas gender pada anak-anaknya. Sumber: Thinkstockphotos via Kompas.com

Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting bagi orangtua untuk menanamkan norma-norma dan arahan-arahan yang baik kepada anaknya. Di fase ini para orangtua memiliki kesempatan yang sangat baik untuk memberikan stimulus pada anak, karena semua potensi telah tersedia secara berlimpah pada masa tersebut dan juga di fase tersebut  anak-anak harus melewati masa-masa pertumbuhan dan perkembangan.

Terdapat masa-masa yang sensitif dalam proses perkembangan anak yang ditandai adanya rasa ketertarikan dengan suatu objek atau karakter tertentu dan cenderung mengabaikan objek-objek lain. Salah satu masa yang sensitif pada proses perkembangan anak yaitu sensitif terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Aspek-aspek sosial anak lebih cenderung pada identitas, relasi sosial dan gender.

Sebelum kita bahas lebih lanjut, kita perlu tahu apa itu gender? Gender merupakan perbedaan yang dilihat dari tingkah laku antara laki-laki dan perempuan. Gender berasal dari bahasa latin "Genus" yang berarti jenis atau tipe. 

Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial serta  budaya. Dan perlu kita ketahui bahwa pengertian gender itu berbeda dengan pengertian jenis kelamin.  

Gender didefinisikan sebagai konstruksi sosial atas seks, menjadi peran dan perilaku sosial dan gender juga merupakan perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dibentuk dimasyarakat dan di waktu  tertentu. Contohnya seperti seorang perempuan dikelas  bertugas menyapu dan laki-laki mengangkat kursi, padahal keduanya bisa melakukan kedua hal tersebut.

Orangtua sebagai pendidik utama dalam perkembangan sosial anak seyogyanya memberikan bimbingan dan pemahaman mengenai identitas, relasi sosial, terutama masalah gender. 

Namun kenyataannya terbalik banyak para orangtua menganggap bahwa masalah gender adalah masalah yang belum waktunya untuk dibicarakan pada anak karena dianggap sebagai hal yang baru dan tabu. 

Padahal apabila orangtua memberikan informasi yang cukup dan kesempatan untuk belajar berperan sesuai dengan kenyataannya (Realita) yang ada disekitarnya, maka akan dipastikan anak tersebut dapat menemukan identitas gender yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Masalah gender selayaknya diperkenalkan pada anak sedini mungkin, karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas perkembangan sosial anak yang harus dilalui pada fase ini yaitu mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sejak usia dini, anak sebenarnya sudah mulai belajar mengenal lingkungannya. Terutama lingkungan keluarga, lingkungan tersebut merupakan tempat pertama anak mulai belajar mengenal banyak hal. Di dalam lingkungan keluarga ada ibu, ayah dan di mana anak sudah bisa belajar mengenal perbedaan jenis kelamin dari kedua orang terdekatnya tersebut.

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang harapkan. Jika memiliki seorang anak laki-laki ,biasanya orangtua menginginkan anak laki-lakinya harus yang gagah, berani dan perkasa, sehingga ketika anak laki-laki tersebut ingin bermain permainan seperti masakan-masakan, main lompat-lompatan, main boneka-bonekaan dan lain-lain dan pastinya orangtuanya akan sangat marah, karena permainan tersebut diperuntukkan bagi perempuan.

Begitu pun sebaliknya anak perempuan dilarang bermain bola kaki, main perang-perangan, memanjat pohon dan lain sebagainya, alasannya karena permainan-permainan tersebut dapat mengubah citra anak perempuan yang lemah lembut. 

Ini merupakan hal yang salah dalam pola pengasuhan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman pada diri anak. Padahal segala jenis permainan itu dapat mengembangkan dan menumbuhkan potensi kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak.

Selain dari itu, ada pula orangtua yang terlalu membiarkan anaknya bermain sesuai dengan keinginannya, walaupun permainan tersebut tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. 

Orangtua sebaiknya berlaku seimbang, apabila anak dibebaskan untuk bermain apa saja yang dinginkannya, maka hendaknya orangtua memberikan pengertian tentang pendidikan gender, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan yaitu anak laki-laki seperti anak perempuan dan sebaliknya anak perempuan seperti anak laki-laki.

Menanamkan pendidikan gender sejak dini pada anak bukan hanya melalui permainan saja, tetapi ada hal yang lebih penting dari itu, seperti mengenalkan gambaran orang dewasa dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki pekerjaan, sifat, atau penampilan yang tidak stereotip.

Anak-anak harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain yang berbeda jenis kelamin serta tidak boleh melakukan kekerasan pada teman jenis kelamin lain.

Seperti fenomena yang terjadi saat ini yaitu ketika seorang anak laki-laki dipukul, diejek, oleh teman yang lebih tua dan bobot badan yang lebih besar darinya, biasanya ia tidak menunjukkan bahwa dirinya merasa sedih dan malu, sebaliknya ia ingin tampak terlihat percaya diri, gagah dan berani, karena ketika ia pulang ke rumah dalam keadaan menangis maka orangtunya pasti langsung memarahinya dan menasihatinya  bahwa anak laki-laki itu jangan menangis dan  harus berani.

Padahal menangis merupakan ekspresi emosional yang sangat wajar dan sangat dibutuhkan oleh anak-anak agar mereka merasa lebih tenang. Hal ini menjadi beban bagi anak laki-laki yang selalu sembunyi dibalik topeng kemaskulinannya. 

Dan sebaliknya anak perempuan haruslah feminim, emosional dan manja, karena itu merupakan citra baku yang sulit diubah. Jika anak perempuan mengekspresikan keinginannya atau kebutuhannya maka dianggap menang sendiri, agresif serta emosional dan hal ini juga menjadi beban tersendiri bagi anak perempuan.

Fenomena yang terjadi di atas merupakan ketimpangan gender yang sangat merugikan kedua belah pihak yaitu laki-laki dan perempuan karena mereka tidak dapat mengekspresikan keinginan atau kebutuhan mereka dan hal ini juga dapat menghambat kreativitas anak.

Anak sejak masuk usia 4-6 tahun, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mempelajari hal-hal yang baru. Nah inilah waktu yang tepat untuk para orangtua mulai belajar mengenal perbedaan gender pada anak. Menurut Sandra Bem seorang penulis buku Psychology Of Sex Role, mengatakan bahwa mengenalkan perbedaan gender pada anak sangat penting dilakukan sejak dini. Ada beberapa cara untuk mengenalkan perbedaan gender pada anak salah satu yaitu:

  • Membaca buku.

Membaca buku cerita merupakan salah satu cara yang menyenangkan untuk mengajarkan anak tentang perbedaan gender. Namun pada usia tersebut, anak belum cukup lancar dalam kemampuan membaca. 

Untuk itu para bunda harus mencari buku yang ada gambar yang menarik dan temani anak selama membaca sambil menjelaskan perbedaan karakter dari laki-laki dan perempuan yang ada dalam buku cerita tersebut, kemudian tanyakan pada anak "kalau tokoh ini terlihat seperti apa dek? Ibu atau ayah?" Nah dengan cara ini anak akan semakin paham tentang konsep perbedaan gender dalam kehidupannya.

  • Menonton Film

Nah selain dari membaca buku cerita, para bunda bisa mengajak anak untuk menonton film usahkan kita tidak terpaku pada stereotip pada gender yang dapat membuat anak kurang percaya diri dan tidak mau mengembangkan bakatnya. 

Contoh misalnya ibu bisa membeli mainan robot-robotan untuk anak perempuan dan mainan masak-masakan untuk anak laki-laki dan ada referensi film yang dapat membantu anak mengerti peran gender salah satunya yaitu film Frozen (2013),Petualangan Sherina (2000).

  • Pahami anak dengan cara sederhana

"Kenapa aku berbeda dengan kakak bu?" Pertanyaan ini merupakan hal yang mungkin sering kita dengarkan dari anak-anak dan para bunda pasti kebingungan dalam menjawabnya. Bunda hanya perlu menjelaskannya secara sederhana, bahwa bagian tubuh laki-laki dan perempuan memang berbeda. Rasa ingin tahu akan banyak hal menjadi tanda bahwa si Kecil semakin pintar. Jadi, sebaiknya Ibu tidak menghindari pertanyaan soal jenis kelamin dari si Kecil. Sebaliknya, Ibu justru perlu mulai mengenalkan perbedaan gender sejak ia berusia dini.

  • Ajak anak bermain Dress up

Jika bunda memilki anak perempuan, ajaklah anak bermain dress up atau gonta-ganti pakian, selama bermain ibu bisa memakai rok, bando dan menjelaskan ini loh penampilan yang biasa dipakai perempuan. Nah cara ini  anak akan lebih mudah paham dalam membedakan penampilan laki-laki dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun