Mohon tunggu...
Yumna Yudha Baskara
Yumna Yudha Baskara Mohon Tunggu... Pelajar

Saya suka berolahraga dan jika ada peristiwa yg menarik saya biasa tulis di buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lintasan Mimpi dan Rasa yang Tak Sampai

29 Juli 2025   07:00 Diperbarui: 28 Juli 2025   20:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepulang latihan, aku dan Arya duduk di tangga GOR. Kami berbincang tentang masa depan. 'Setelah Popda, kamu mau lanjut ke mana?' tanyanya. Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, 'Aku ingin masuk ke pelatnas suatu hari. Tapi untuk sekarang, aku hanya ingin terus main dan berkembang.' Arya tersenyum dan menepuk bahuku. 'Kamu punya semangat itu. Terus jaga.'

Hari-hari di puslatkab mulai terasa akrab. Kami tak hanya menjadi rekan latihan, tapi juga seperti keluarga. Saling menyemangati saat lelah, saling mengingatkan saat lengah. Bahkan kadang, kami tertawa bersama karena hal-hal sepele: shuttlecock yang nyangkut di lampu, sepatu yang tertukar, atau lelucon pelatih yang garing tapi menghibur.

Suatu malam, saat hujan deras mengguyur asrama, aku membuka catatan harian yang sudah lama tak kusentuh. Aku menuliskan semua yang kurasakan: lelah, bangga, takut, dan harapan. Di akhir halaman itu, aku menulis: 'Aku mungkin bukan yang terbaik, tapi aku selalu ingin jadi lebih baik dari kemarin.'

Menjelang hari libur latihan, kami diberi izin pulang. Saat kembali ke rumah, aku disambut peluk hangat dari ibu. Di meja makan, ayah banyak bertanya tentang pelatihan.

Aku senang bisa berbagi, dan dari wajah mereka, aku tahu bahwa mereka bangga.

Mereka mungkin tidak selalu mengerti dunia olahraga, tapi mereka selalu ada untukku.

Ketika aku kembali ke sekolah, ada yang berubah. Beberapa teman mendekat dan menanyakan pengalamanku. Guru-guru pun mulai memberi kesempatan untukku berbagi cerita di depan kelas. Aku merasa bukan hanya berkembang sebagai atlet, tapi juga sebagai pribadi yang lebih percaya diri dan terbuka.

Di suatu kesempatan, sekolah mengundang alumni yang sukses di bidang olahraga untuk berbicara di hadapan siswa. Saat melihat dan mendengar kisah mereka, aku merasa semakin yakin dengan jalanku. Aku tidak tahu di mana aku akan berakhir, tapi aku tahu aku sudah berada di jalur yang tepat.

Dan tentang Meila, meskipun hubungan kami tidak menjadi seperti dalam cerita romantis, aku tetap menghargai setiap interaksi dengannya. Ia pernah menjadi semangat di awal perjuangan, dan itu cukup. Kini, aku lebih tenang dan bisa melihat semuanya sebagai bagian dari perjalanan.

Aku akan terus melangkah, terus memukul shuttlecock dengan semangat, dan terus menulis mimpi-mimpiku di buku kecilku. Karena selama aku percaya dan mau berusaha, aku yakin, suatu hari nanti aku akan benar-benar sampai di tempat yang selama ini kuimpikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun