Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tumbal

8 April 2021   13:01 Diperbarui: 8 April 2021   13:06 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita  fiksi. 

Wa grup  keluarga Sony mendadak ramai,  membahas siapa yang akan dikalahkan dalam pembagian  warisan.  Ada 12 ahli waris dan tanah  itu akan dibagi sebelas.  Satu orang tidak akan mendapatkannya.  

Satu tanah seluas 1.100 meter dan setiap  orang akan mendapatkan 100 meter jika dibagi  11  atau nanggung  91 meter jika dibagi  12. Sama rata kata kakak ketiga. Sebelas saja toh Sony sudah punya rumah di kampung,  kata kakak keempat. 

Sony tak  berkomentar di wa grup,  semua juga sudah punya rumah dan mewah.

Sebagai anak lelaki paling rendah pendidikan dan penghasilannya,  mengalah adalah bayang hidupnya. 

Lalu ia menekan tombol 'keluar dari grup '.

Dan merasa lega.  Melawan sebelas saudaranya demi warisan,  pergi  saja lah. 

*

Matahari menyengat begitu  terik,  rapat hajatan  temanten keluarga,  dia satunya yang tidak diberi tugas apapun,  begitu  juga istrinya.  Rasa tersinggung berusaha ia halau, rasa ingin tidak hadir di pernikahan keponakannya ia usir,  tetapi  istrinya  tidak  terima lalu bertanya : " Apa  yang dilakukan  saudaramu padamu? Apa  kamu anak angkat?". "Sudahlah,  jangan dipikirkan,  mungkin  mereka sibuk dan aku tidak terikut "

Yah! 

Level baper ku sedang kumat pikirnya. 

Level baper tidak  pernah diikut sertakan. 

Level baper tidak  terima tidak  mendapat  bagian warisan. 

Tuhan.. Tolong lah aku! 

**

Sony mendapat  telepon  dari kakak keempat,  ayah mereka sakit,  jadi Sony dan isrinya yang harus rutin mengantarkan  kontrol ke rumah sakit dan merawat nya  karena semua saudaranya  sibuk dan punya  kabar jabatan. 

"Kak,  tapi  kasihan ayah tinggal denganku, aku tidak  bisa memenuhi semuanya dengan baik"

 "Jangan kawatir soal kebutuhan,  ayah ada dana pensiun, nanti kuurus,  pakai  uangmu  dulu".

***

Uang itu tidak pernah  datang, ayahnya menjadi beban Sony,  sejak itu sebelas saudaranya menjauhinya dan menuduhnya mencoba keluar dari persaudaraan karena tidak lagi bergabung di wa grup  keluarga,  begitu  juga istrinya. 

 ****.

Masa berganti,  menyendiri dan tanpa tersentuh,  Sony menekuri hari,  intervensi keluarga berhenti dan dirinya menikmati  memiliki keputusan  sendiri terhadap  keluarganya. 

Dia muncul di FB  dan merintis bisnis online  di masa pandemi,  satu anak lelaki berhasil menjadi dosen di universitas  negeri.  Kehidupan mulai mulus dan fulus juga makin mulus. 

Lalu semua orang menjadi sahabatnya,  saudaranya mendekatinya,  dia tidak  ingin me permasalahkan  cerita lama,  yang mengalah belum tentu yang  kalah. 

Cerita  rekaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun