Beredar warta, konon pemindahan masjid dari puncak Gunung Jabalkat ke bawah terbilang unik, yaitu menggunakan seutas benang, ada pula yang menyebutkan dengan diseret menggunakan jari. Wallahu a'lam bishawab.
Tetapi ada yang aneh, dahulu kala masjid digunakan untuk salat jumat hanya cukup untuk empat orang. Pada umumnya masjid yang digunakan untuk salat jumat sedikitnya berjumlah 40 orang.
Seiring perkembangan zaman, Masjid Gholo sudah diperluas sehingga mampu menampung jemaah hingga ratusan orang.Â
Masjid tersebut tidak hanya digunakan untuk salat jumat, tetapi juga pergunakan untuk acara dakwah serta peringatan hari-hari besar.
Arsitektur bangunan hingga kini masih terlihat keasliannya. Mempunyai empat tiang Soko(saka) Guru, berpondasi ompak batu kapur. Di samping tiang terdapat dua belas pilar penyangga.
Menurut beberapa sumber, seseorang yang menunaikan ibadah dan berdoa di masjid Gholo tidak hanya merasakan ketenangan. Tetapi banyak doa-doa dari mereka yang dikabulkan.
Terbukti setiap hari-hari tertentu banyak peziarah dari berbagai kota melakukan wisata religi ke Masjid Gholo, Makam Sunan Pandanaran pula petilasan di puncak Gunung Jabalkat.
***
Mengenal Lebih Dekat Ki Ageng Pandaranan
Suatu ketika Wali Songo yang berduka atas wafatnya Syekh Siti Jenar berkumpul di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Mereka bermusyawarah mencari sosok pengganti wali tutup.