Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berikut Tips agar Terhindar dari Modus Pencurian Data

13 November 2022   22:25 Diperbarui: 18 November 2022   21:48 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar modus penipusn beragam. Sumber foto//m.merdeka.com


Kamis, 10 November 2022 lalu, saya beraktivitas lebih pagi. Terkait adanya proyek pelebaran jalan, memaksa kiriman datang lebih awal.

Saat beraktivitas, saya dikejutkan suara telepone toko melengking. 'Tumben, nada deringnya berbeda.' Begitu saya angkat, terdengar mesin penjawab.


[Pelanggan yang terhormat, telepon Anda akan diblokir. Untuk informasi lebih lanjut, silakan tekan angka sembilan. Terima kasih].

 'Apa saya lupa bayar tagihan, hingga harus diblokir?' Kepala saya dipenihi berbagai pertanyaan, lantas mengikuti anjuran. 

"Selamat pagi." Suara pria di seberang. Saya pun berbasa-basi, dengan Yudi Handoko soal pemblokiran.

Menurutnya, nama saya terdaftar di dua nomor dengan kode area berbeda.


1. Terdaftar di 0272: xxxx, area  Klaten, Jawa Tengah.
2. Kepemilikan di 031: 3542609, di Jln Kembang Jeput 38-40, Surabaya, Jawa Timur.

Kepemilikan rekening di Bank Permata, dengan nomor 5437791111, telah melakukan tunggakan selama 2 bulan, sebesar Rp 2.773. 460.

"Kok bisa? Saya hanya mendaftar sesuai domisili, di Klaten.

"Jadi Ibu pada tanggal 26  Maret 2022, tidak melakukan pendaftaran di Surabaya?"

"Tidak, Pak"

"Apakah Ibu pernah kehilangan kartu Identitas, (KTP?" kembali dia bertanya.

"Tidak. Tetapi saya sering memberikan foto NIK kepada relasi kerja."

Yudi Handoko menyimpulkan data saya dicuri. Sarannya segera membuat pengaduan secara online.

***

"Selamat pagi.'' Seorang pria menyapa. Dia mengaku Bripka Rustam dari Polda Jatim, yang menangani pengaduan via online.  

 
Seperti halnya ketika kita melakukan pengaduan pada umumnya, pria tersebut menanyakan nama sesuai identitas.

Namun percakapan terganggu aktivitas toko serta bisingnya mesin pengeruk tanah. Lantas menyuruh ke tempat sunyi (kamar) sendirian.( tepat pukul 08:51 WIB).  

"Halo, Bu. Saya akan melakukan perekaman, apakah sudah siap?"


"Bismillah. Sudah, Pak." Terbesit rasa curiga, saya pun merekamnya. Rustam mengatakan, kepemilikan akun, beserta rekening Bank Permata terduga kasus pencucian uang terkait bisnis haram.

"Astaghfirullah. Tidak mungkin, itu bukan saya.!" Dari sini sempat beradu cakap, ia mengorek keterangan serta saya melakukan pembelaan.

Pada akhirnya ia akan membantu pembersihan nama. Asalkan saya bekerja sama mengikuti aturannya.

1. Keterkaitan proses tidak boleh dibocorkan kepada pihak ketiga.

2. Berkata jujur dan bekerja sama sesuai aturan.

"Tidak bisa, Pak. Suami sudah mendengar pembicaraan ini!" Lantas ia menyarankan saya memberi alasan lain agar urusan tidak berkepanjangan.

Saya makin curiga, tetapi tidak bisa melawan. Kemudian saya mengaktifkan speaker agar pembicaran terekam semua. Serta pura-pura mengikuti alurnya.

Minimnya pengetahuan membuat saya panik, kepala pusing, keringat dingin mengalir. Kecurigaan saya makin kuat.Tapi tidak berani mematikan handhpone.

Satu setengah jam dalam kandang macan, membuat saya seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Hampir menuruti perkataannya. Tidak hanya identitas, tetapi aset dan kepemilikan rekening saya beberkan.


Pada awalnya tidak mau menyebutkan nomor rekening, tetapi ia mengatakan: Bila saya tidak jujur, berarti terkait sindikit pencucian uang komplotan Iwan.

"Iwan siapa? Saya tidak kenal, Pak" 

"Bila Ibu tidak mengenal, sebaiknya menuruti proses!"

Saya seperti terhipnotis, hanya menuruti perkataannya "iya, dan baik." Bahkan ketika suami mengecek di kamar, saya mengusir pelan.


***

Keluar dari mulut harimau justru masuk ke lubang buaya

Sesuai kesepakatan, saya disambungkan dengan orang yang menangani kasus Iwan. Orang tersebut bernama:


1.Danang Suryo Wibowo,
2.Oktani Derita(skip)
3. Oktaviana Sirais.

1. Danang Suryo Wibowo ( saat tersambung) logat bicaranya hampir sama dengan Rustam. Tidak seperti orang Jawa.

Namun lebih tegas. Ibarat minuman seperti jus cabai. Ketika ia menyuruh datang ke Polda Jatim. Tapi saya tolak.

Tak lama berselang, sambungan telepon berpindah ke Rustam dan berlanjut dengan Oktaviana Sirais.

Seorang wanita dengan logat bicara seperti kebanyakan orang ( baik dan hangat). Meski demikian,  dia bertindak sebagai algojo. 

Ah, setelah keluar dari mulut harimau, justeru masuk ke lubang buaya. Saya sempat ketakutan ketika disuruh tranfer uang ke PPATK guna penyidikan. 

"Setelah tranfer, jika terbukti tidak bersalah, maka uang akan dikembalikan tanpa dikurangi sepeserpun., bu." 

"Lalu, apa konsekuensinya bila saya tidak mengirim uang, Bu?"


"Semua aset Ibu akan dibekukan. Dan polisi akan menginterogasi." 


'Saya membatin, lebih baik diinterogasi, daripada harus tranfer uang.' 

"Baik. Ke nomor berapa saya harus  tranfer? Saya pura-pura setuju. Dia pun memberi nomor tujuan, dan meminta telepone tetap tersambung.

Tapi saya menolak terkait proses, m-bangking menggunakan pesawat yang dipakai. Dia pun setuju, lalu menyebutkan nomor rekening.

Ternyata ini menjadi kelemahannya. Sebab, nomor rekening 707141231700, Bank CIMB Niaga atas nama Wiliyan Suyogo. Bukan nama instansi, atau PPATK. 


Momen tersebut saya gunakan untuk menghubungi saudara yang berprofesi sebagai Jaksa. Semua nomor pemanggil saya kirimkan untuk dilacak.

Foto kolase lacak nomor penipu melalui getcontact. Sumber gambar keluarga.
Foto kolase lacak nomor penipu melalui getcontact. Sumber gambar keluarga.

Dalam hitungan menit, bisa mengenali beberapa nomor lewat Getcontact, bahwa mereka penipu.


Saya juga lapor ke kantor Polisi. Pak Polisi menanggapi dengan senyuman dan pencerahan.

"Bu, jenengan ki ditipu. Baru saja ada yang melapor dengan kasus serupa. Sekalipun menyebutkan NIK, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tenang saja. Bila was-was, bisa mendatangi Bank."

***
Kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat serta kemudahan. Namun, takbisa dipungkiri hal ini kerap dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak modus penipuan di era serba digital ini.

Berikut tips agar terhindar dari modus penipuan pencurian data.

1. Abaikan telepon yang tidak dikenal.

Jika ada panggilan masuk dari nomor telepon yang tidak dikenali abaikan saja. Begitu juga mengabaikan pesan yang mencurigakan. Jika perlu lakukan pemblokiran.

2. Jangan berikan foto Identitas

Jangan memberikan foto identitas kepada setiap orang. Sebab, data bisa disalahgunakan. Namun, jika terlanjur menyebarkan, maka Anda harus lebih waspada(terapkan poin 1 dan 5).

4. Gunakan Getcontact

Foto kolase unduhan dan pelacakan kontak penipu melalui getcontact
Foto kolase unduhan dan pelacakan kontak penipu melalui getcontact

Seseorang yang berniat jahat punya banyak cara untuk menjerat korbannya. Salah satunya menggunakan nomor telepon yang berbeda-beda.

Tenang, ada cara untuk melacak nomor yang tidak dikenal melalui aplikasi Getcontact, dengan menginstal lewat Play Store. Setelah mengunduh, Anda bisa masuk melalui akun google, facebok dan imail. 

Kemudian masukan kontak dan klik cari. Dengan begitu akan muncul nama pemilik serta beragam orang yang menandai. Seperti gambar di atas.

5. Jangan buru-buru menstranfer uang.

Setelah meminta identitas, penipu menggunakan beragam alasan agar kita tranfer uang. Jika tujuan rekening pribadi dan bukan nama instansi, maka dapat dipastikan modus penipuan.

Dengan menerapkan cara di atas semoga terhindar dari beragam penipuan. Sekian, semoga bermanfaat.

#TipsTerhindardariPenipuan
#ArtikelYuliyanti

#Tulisanke-391
#Klaten, 12 November 2022
#MenulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun