1. Teima Sebagai Ujian.
Omongan Tetangga yang menguji kesabaran justru datang silih berganti dari sekitar rumah Ibu. Sehingga membuat Ibu sering sakit bila memikirkannya.
Katanya, saya sudah dewasa kenapa tak menikah juga. Bahkan, ada kabar taksedap pun beredar, gadis yang "Tak Laku-Laku", seperti lagu saja ya, hehe.
Dulu, ayah begitu kuat, takpeduli dengan gunjingan orang. Karena ayah mengajarkan itu bentuk ujian. Namun, seorang Ibu lemah hatinya, kala anak gadisnya dibilang seperti itu.
2. Menjalani dengan ihklas
Saya sering menguatkan hati Ibu, dengan kata yang sederhana pula. Bahwasanya hidup, mati, rezeki, Allah yang mengatur. Kita harus ihklas menerima sebagai bentuk ujian. Karena, bila kita sabar dan ihklas menjalani akan Allah angkat derajat kita.
Walau pada kenyataannya, saya sendiri sedih, rapuh. Namun, di hadapan orang tua harus kelihatan enjoy.
3. Jadikan Shalat dan Sabar Sebagai Penolongmu.
Yah, terkadang tak tahan juga, dengan gunjingan tersebut, bolehlah menangis, boleh pula curhat. Tapi, hanya pada Allah, minta kekuatan untuk menghadapi kenyataan bila yang digosipkan benar.
Namun, bila takbenar minta perlindungan dan petunjuk-Nya.
Maka, gelar sajadah shalat dan berdoalah minta petunjuk-Nya, karena hanya Allah, tempat meminta pertolongan, insyaa Allah ada jalan keluar.
Seperti firman Allah;
-  "Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( QS: Al-Baqarah :153)
***