Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Cara Tepat Hadapi Omongan Tetangga

3 Mei 2021   16:20 Diperbarui: 3 Mei 2021   16:25 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar kompasiana.com

Percakapan antara tetangga yang disebut bergunjing atau lebih populer dengan ngerumpi, masih saja sering terjadi. Membicaran sesuatu tentang orang lain.

Terkadang, mereka membicarakan sesuatu hal yang positip bisa pula negatif.

Lalu, bagaimana kita akan menyikapi hal tersebut?  Bila tentang kebenaran aaminkan. Bila berita itu tak benar, apa langkah yang kita ambil?

Tergantung bagaimana kita menyikapi semua itu. Seandainya kita menanggapi dengan positif maka hasilnya akan positif. Begitu pun sebaluknya, menyikapi dengan negatif apalagi marah, maka akan jadi bumerang.

Menanggapi tentang omongan tetangga ini, saya akan berbagi sedikit kisah. Bukan tentan si Fulan atau Fulana lainnya. Tetapi tentang kisah sejati penulis, semua itu menginggatkan kejadian pada era 2000 an, awal mula hijrah.

Pada waktu itu saya masih jomlo. Dengan berbekal uang seadanya saya mencari kontrakan rumah. Alhamdulillah, dapat sesuai yang saya inginkan, di Jalan Jogja-Solo untuk membuka usaha.

Setelah mendapatkan tempat tinggal, langkah pertama yang saya ambil yaitu silaturahmi ke tempat Pak RT. Dengan mendaftarkan diri sebagai warga baru, sekaligus mengundang beliau dan tetangga sebelah kanan-kiri, untuk  tirakatan( lek-lek-an) acara doa bersama untuk memulai usaha baru dengan harapan diberi kemudahan pun kelancaran. 

Karena sesuatu hal saya dan keluarga takbisa mengadakan syukuran secara besar-besaran. Jadi, hanya keluarga dan beberapa warga setempat.

Kebetulan di tempat tersebut ada beberapa orang yang saya kenal, karena kontrakan dekat tempat kerja yang dulu(sewaktu ikut ikut orang lain) Meski baru beberapa hari menempati rumah tersebut, serasa berada di lingkup kampung halaman.

Setelah beberapa bulan bahkan tahun pun berganti, usaha saya semakin maju. Dari situlah ujian kehidupan dimulai. Lalu, bagaimana cara saya menghadapinya?

1. Teima Sebagai Ujian.

Omongan Tetangga 
yang menguji kesabaran justru datang silih berganti dari sekitar rumah Ibu. Sehingga membuat Ibu sering sakit bila memikirkannya.

Katanya, saya sudah dewasa kenapa tak menikah juga. Bahkan, ada kabar taksedap pun beredar, gadis yang "Tak Laku-Laku", seperti lagu saja ya, hehe.

Dulu, ayah begitu kuat, takpeduli dengan gunjingan orang. Karena ayah mengajarkan itu bentuk ujian. Namun, seorang Ibu lemah hatinya, kala anak gadisnya dibilang seperti itu.

2. Menjalani dengan ihklas

Saya sering menguatkan hati Ibu, dengan kata yang sederhana pula. Bahwasanya hidup, mati, rezeki, Allah yang mengatur. Kita harus ihklas menerima sebagai bentuk ujian. Karena, bila kita sabar dan ihklas menjalani akan Allah angkat derajat kita.

Walau pada kenyataannya, saya sendiri sedih, rapuh. Namun, di hadapan orang tua harus kelihatan enjoy.

3. Jadikan Shalat dan Sabar Sebagai Penolongmu.

Yah, terkadang tak tahan juga, dengan gunjingan tersebut, bolehlah menangis, boleh pula curhat. Tapi, hanya pada Allah, minta kekuatan untuk menghadapi kenyataan bila yang digosipkan benar.

Namun, bila takbenar minta perlindungan dan petunjuk-Nya.
Maka, gelar sajadah shalat dan berdoalah minta petunjuk-Nya, karena hanya Allah, tempat meminta pertolongan, insyaa Allah ada jalan keluar.

Seperti firman Allah;

  •  "Hai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( QS: Al-Baqarah :153)

***

 Aku takbisa memilih terlahir dari keluarga terpandang
Tapi bersyukur dengan curahan kasih sayang

Aku takbisa memilih untuk siapa dilahirkan
Hanya bisa menjalani takdir kehidupan

Aku hanya bisa memilih tapi takbisa menentukan
Karena hanya Allah yang Maha menentukan.

***

Menjalani takdir kehidupan dengan penuh kesabaran, begitu pula mendengarkan gunjingan tetangga jangan mudah marah, ihklaslah. Karena semua datang atas izin Allah SWT. Allah yang memberi cobaan hidup, bila kita lulus maka akan diangkat derajat kita.

Satu-satunya motivasi hidup, bahwa setelah malam akan tiba siang, roda pun berputar.

Habis gelap terbitlah terang(Buku RA Kartini)

Begitulah saya memaknai perjalanan hidup biarkan mengalir apa adanya. Ikhlaskan hati, kuatkan iman, tenang dan sabar kunci keberhasilan.

  • Akan ada masanya gelap berakhir tersambut cahaya terang. Biarkan waktu yang menjawab seribu tanya, hingga akan indah pada waktunya.

    Jadi, menurut saya omongan tetangga itu tidak sepenuhnya negatif. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, semua datang karena Allah, akan berakhir pula karena takdir-Nya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam berkah ramadan. 

Tulisan ke-93. Klaten, 03 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun