Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Koperasi di Kampung Manggis

25 Maret 2021   10:46 Diperbarui: 25 Maret 2021   11:11 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tribunnews.com

Marilah hai semua rakyat Indonesia

Membangun segera... 

Membangun kluarga yang sejahtera

Dengan PKK... 

Sore itu dengan penuh semangat ibu-ibu  Kampung Manggis menyanyikan lagu mars PKK.  Pertemuan anggota PKK yang diadakan setiap bulan tanggal 9 hari ini diadakan di rumah ibu Siti. 

PKK sebagai wahana bagi ibu-ibu di kampung untuk berkumpul,  bertukar informasi selalu dihadiri  dengan  antusias.  Dalam pertemuan PKK biasanya ada yang membagi ilmu tentang membuat kue atau masakan tertentu,  tentang rias atau kecantikan, kadang juga pak RT sendiri yang mengisi materi berkaitan dengan masalah kampung.  Sudah menjadi rahasia umum bahwa ibu-ibu jauh lebih rajin mengikuti pertemuan dibanding bapak-bapak.  Karena itu informasi  tentang kampung biasanya lebih sering dilewatkan PKK daripada pertemuan bapak- bapak.

Hari ini sesudah menyanyikan lagu,  laporan masing masing seksi,  dilanjutkan dengan pengumuman dari sie koperasi simpan pinjam.  Dari semua acara yang ada sebenarnya ada satu yang merupakan acara puncak. Pengumuman dari seksi koperasi simpan pinjam tentang besaran uang bisa dipinjamkan hari ini. 

Keberadaan koperasi di PKK adalah meru pakan daya tarik sendiri bagi para pesertanya.  Koperasi yang bertujuan untuk membantu meningkatkan perekonomian warga melalui pemberian pinjaman disambut begitu antusias oleh warga kampung.  Terbukti modal koperasi bisa meningkat sampai dua kali lipat dalam waktu kurang dari setahun.

Siapa yang tidak tergoda untuk meminjam ke koperasi?  Bunganya rendah,  tanpa jaminan lagi.   Pinjaman bisa diangsur dalam tempo empat bulan,  tidak terlalu panjang yang penting bisa pinjam lagi.  Jumlah besaran pinjaman bervariasi.  Jika betulan yang pinjam banyak maka besarannya kecil,  sebaliknya jika yang pinjam sedikit, maka bisa meminjam uang dalam jumlah yang banyak.  Prinsipnya tidak ada uang yang mengendap.  Semua harus diputar.

Syarat meminjampun tidak macam-macam.  Yang penting menjadi anggota PKK dan tiap bulan membayar simpanan wajib. Cukup itu saja.

Bandingkan dengan pinjaman bank harian dengan bunga yang hampir mencapai 30%. Belum lagi syarat fotocopy KTP juga. 

Memang pendirian koperasi di kampung Manggis berawal dari keresahan karena banyak warga yang terjerat bank harian. Ada beberapa petugas bank harian yang beroperasi di sana.  Ada yang pagi juga sore.  Semua dari bank yang berbeda.  Kadang satu orang bisa terjerat pada lebih dari satu bank harian. Harapannya dengan adanya koperasi PKK warga tidak meminjam lagi pada bank harian. 

Bu Likah bendahara koperasi memeriksa buku kecil di hadapannya.  Dahinya berkerut. Berkali-kali ia membetulkan letak kacamata bacanya. 

"Bu Andi,  angsurannya kurang ya?  Harusnya 69.000 tapi di sini cuma bayar 54.000? " tanya Bu Likah pada yang bersangkutan.  Bu Andi cepat-cepat mengeluarkan uang dari dompetnya. "Ngapunten,  berarti kurang 15.000 ya Bu? " kata Bu Andi sopan.  Bu Likah mengangguk. Jangan coba-coba tidak disiplin dengan Bu Likah. Karena sikap Bu Likah yang disiplin inilah koperasi bisa berkembang pesat.  Meski kadang kadang sikap tersebut ditafsirkan sebagai sikap yang jahat.

"Bu Dani,  ini mau pinjam lagi ya? " tanya Bu Likah pada Bu Dani yang duduk di pojok. 

"Benar Bu,  mudah mudahan bisa dapat lebih besar dari kemarin, " jawab Bu Dani yang disambut dengan tawa anggota yang hadir.  Bu Likah tersenyum tipis. 

"Bu Tatik,  mana ya bukunya?  Kok belum ada? " tanya Bu Likah sambil membolak balik buku-buku kecil hijau berlogo koperasi di depannya.

"Bu Tatik? " tanya Bu Likah sambil memandang yang hadir satu persatu.

Tidak ada sahutan.  Seorang ibu langsung berdiri sambil berkata, " Biar saya panggil Bu,  barangkali Bu Tatik lupa.., "

"Oh,  monggo Bu Neni,  terima kasih ya..  Kalau angsuran belum klop semua pinjaman tidak bisa kita keluarkan, " tambah Bu Likah.  Yang hadir saling menoleh dengan gelisah.  Waduuuh,  jangan sampai tidak bisa keluar pinjaman hari ini. 

Bergegas Bu Neni keluar menuju rumah Bu Tatik. 

"Ayo,  bu Tatik angsurannya ditunggu, " kata Bu Neni.

Bu Tatik membetulkan kerudungnya yang agak miring sambil bergegas mengambil dompetnya.

"Wih,  sepurane...  Baru dapat uang ini tadi.., Mas Heri baru saja datang, "

"Oalah,  sama,  aku dan Bu Siti tadi pagi ya pinjam Mas Heri,  tapi dari PKK dapatnya lebih banyak kok kali ini. "

Mas Heri adalah pegawai bank harian langganan ibu ibu di kampung Manggis.

Dengan langkah ringan keduanya menuju pertemuan PKK.  Di tangan Bu Tatik tergenggam uang untuk cicilan koperasi hari ini dengan harapan nanti akan mendapat pinjaman lagi.  Ya,  ini adalah cicilan keempat atau terakhir. 

 Sementara itu di rumahnya Mas Heri tersenyum sambil memeriksa pembukuannya hari ini. Bos pasti senang.  Tiap tanggal 9 ia selalu bisa menyalurkan pinjaman lebih banyak dari biasanya. Pinjaman pada para nasabah setianya di kampung Manggis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun