Berkebun ternyata menyenangkan
Saya baru menyadari beberapa waktu belakangan ini, dimulai dari jenuh menulis di kompasiana yang saya ceritakan pada artikel berjudul "Tak Ada Centang Biru di Kompasiana", lantas saya memulai untuk berkebun.Â
Ketertarikan saya ini didukung setelah melihat kawan sejawat saya yang sekarang fokus berhidroponik selada di Banjarnegara, membuat saya ingin mencoba apa yang dilakukannya ini.
Hidroponik selada yang dilakukan kawan saya ini, terhitung tidak main-main, karena  dia sudah memiliki green house sendiri, saat saya bertanyya modal yang harus dikeluarkan untuk berkebun seperti dia ini, saya malah jadi kaget sendiri.
Untuk membuat green house dengan ukuran 6x10 meter, butuh dana hingga lebih dari 6 juta rupiah, dana yang cukup lumayan ternyata, mengingat saya tidak memiliki modal sebanyak itu saya akan mencoba berhidroponik dengan dana seadanya.
Modal yang saya gunakan untuk berhidroponik adalah sebesar 80 ribu rupiah, saya membeli paket hirdroponik berkebun di rumah, dari seorang kawan SMA saya, paket tersebut berisi puluhan benih sayuran dan polybag, harga asli paket berkebun tersebut adalah 85 ribu, namuan karena saya sudah berbasa basi dengan si penjual yang masih terbilang kenalan saya ini, saya mendapat "harga temen" menjadi 80 ribu.
Dengan modal menonton youtube dan membaca tulisan di internet, saya mulai mencoba untuk berkebun secara hidroponik, sebenarnya saya ragu juga menyebut yang saya lakukan ini adalah hidroponik atau bukan, karena saya hanya menanam sayuran di polibag.
Namun menurut sebuah artikel yang pernah saya baca di majalah Trubus, menggunakan polybag ini juga masuk dalam kategori hidroponik, yaitu hidroponik yang "amat sangat sederhana".
Langkah Berkebun.
 Pertama yang saya lakukan adalah menyamai benih dengan media tanam rockwoll, setelah benih tersebut sudah sprout (berkecambah) dan sudah memiliki daun sejati , atau dengan estimasi sudah berumur sekitar 10 hari, barulah tanaman tersebut dipindah ke polybag.
