Mulai bertumpuknya kertas - kertas ulangan, tugas atau buku catatan di meja guru juga menjadi penanda semakin ditinggalkannya teknologi. Selain memberikan kesan kumuh, tumpukan kertas kerja tersebut juga minim koreksi. Sangat tidak mungkin menilai 8 kelas dengan jumlah murid yang diampu lebih dari 200 orang dalam beberapa hari. Belum lagi kesulitan memahami jawaban siswa karena tulisan mereka yang tidak cukup jelas dibaca.Â
Simpulan.
Teknologi dalam proses pembelajaran tetap harus diadopsi meski pembelajaran tak lagi secara virtual. Longgarnya aturan membawa gawai di ruang kelas sesungguhnya memberikan siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan jauh di luar kemampuan yang dimiliki guru. Eksplorasi ini akan memberikan pengalaman siswa secara nyata. Maka tak ada jalan lain bagi guru untuk terus istiqomah dalam menggunakan LMS sesuai dengan kemampuan mereka. Agar tidak terjadi frustasi akibat hal diatas, sekolah harus mempersiapkan perangkat pendukung ditiap - tiap kelas yang dipandu oleh tenaga ahli di bidang IT.