Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kepemimpinan, Sense of Crisis, dan Reshuffle

29 Juni 2020   21:19 Diperbarui: 30 Juni 2020   16:11 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Jengkel. Itu kondisi yang dirasakan Presiden saat ini. Setidaknya ekspresi itu terlihat dari intonasi nada suara dan mimik muka Presiden saat membuka Rapat Sidang Kabinet, di Istana Kepresidenan (18/6). 

Kemarahan tersebut, sekaligus memberikan sinyalemen keras untuk seluruh anggota kabinet, agar lebih serius bekerja dalam mengatasi situasi pandemi yang luar biasa -extraordinary.

Dalam kajian komunikasi, maka apa yang menjadi substansi pesan alias konten yang hendak disampaikan Presiden terbilang sederhana. 

Formulanya, dapat dipahami menjadi; "Kerja Keras, Kerja Serius dan Kerja Cepat", persis sebagaimana slogan "Kerja, Kerja, Kerja", hanya saja kali ini kita tidak sedang berada dalam situasi sebagaimana biasanya, ada kondisi yang terbilang ekstrim dan ganjil yakni pandemi.

Tidak pelak pandemi memang memukul seluruh sektor kehidupan kita. Disrupsi terjadi, dibutuhkan kecepatan untuk menanganinya. Perlu diketahui, dalam krisis kita berhadapan dengan keterkejutan, hal-hal yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Tidak ada kemewahan dalam soal waktu, respon cepat itu kuncinya.

Dan hal itu pula, yang mungkin menjadi dasar bagi pelibatan faktor emosi Presiden dalam pidato pembukanya tersebut. Anda dapat membayangkan, apa yang terjadi bila pucuk pemerintahan mencium gelagat tidak beres dalam perkara kerja kabinet yang belum tune in dengan permasalahan riil pandemi. 

Lantas bayangkan apa yang sesungguhnya terjadi di tingkat akar rumput alias publik. Ilustrasinya, terjepit dan serba sulit.

Sekurangnya, dalam video unggahan di laman online berdurasi sekitar 10.20 menit itu, Presiden berbicara tentang sense of crisis. 

Pilihan diksi ini menjadi menarik, bila kemudian dikaitkan dengan kinerja para anggota kabinet pemerintahan yang masih sangat lambat dalam merespon perubahan yang terjadi. Seolah terungkap bila situasi yang luar biasa akibat pandemi, hanya ditanggapi biasa-biasa saja.

Sesuai dengan konteksnya, maka pandemi ini memang menghadirkan fenomena krisis yang terhebat dalam peradaban umat manusia modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun