Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Otak-atik Pandora BPJS Kesehatan

19 Oktober 2019   06:22 Diperbarui: 21 Oktober 2019   05:15 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pelayanan di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Utama Samarinda Jalan Wahab Syahranie, Rabu (4/9/2019). (KOMPAS.com/ZAKARIAS DEMON DATON) 

Kotak pandora itu bernama BPJS Kesehatan. Sebagaimana guci hadiah pemberian dewa dalam mitologi Yunani atas pernikahan Pandora dan Epimetheus, yang dilarang untuk dibuka serta menyimpan misteri. Itulah kotak Pandora.

Keingintahuan Pandora menciptakan malapetaka, guci hadiah itu pun kemudian dibuka. Konsekuensinya, segala rasa sakit, penderitaan dan wabah penyakit yang terperangkap di dalamnya berhamburan keluar. Penyesalan pun muncul.

Tapi ada hal yang tersisa terletak di dasar guci, tidak keluar dengan bebas. Apa yang tertinggal itu adalah harapan. Masih ada peluang dan kesempatan untuk mendapatkan hal-hal baik, dari semua keburukan yang bertebaran setelah kotak Pandora terbuka.

Analogi kotak Pandora menjadi perumpamaan yang tepat dalam mengilustrasikan keberadaan BPJS Kesehatan saat ini. Sebagai sebuah program kerja nasional, banyak persoalan timbul bersamaan dengan membengkaknya defisit anggaran.

Kompleksitas masalah terjadi. Mulai dari masalah kisruh pelayanan, kualitas layanan minimal, tunggakan pembayaran premi, hingga keterlambatan pencairan klaim muncul sebagai problem aktual. 

Sementara itu, ada pula makna kebermanfaatan atas keberadaan program tersebut. Akses kesehatan bagi masyarakat terbawah menjadi sebuah kenyataan. Di situlah harapan tersemat. Tentang jaminan dan perlindungan bagi seluruh warga negara. 

Simalakama atas Pandora 
Program BPJS Kesehatan, adalah gagasan ideal tentang makna kehidupan berbangsa dan bernegara yang pada tujuan akhirnya yakni kehidupan makmur dan sejahtera. Dengan begitu, konsep keadilan ditempatkan sesuai pada posisinya.

Mekanisme keadilan prosedural yang berlaku sama untuk semua lapisan, perlu memastikan hadirnya keadilan distributif yang memberikan keberpihakan bagi kelompok sosial terbawah.

Selama ini BPJS Kesehatan selaku institusi melaksanakan program tersebut melihat keberadaan dirinya dalam kepentingan terselenggaranya aktivitas program. Logikanya menjadi sangat kuantitatif. 

Problem defisit kemudian didekati melalui manajemen operasional. Solusinya naik premi dan efisiensi klaim. Strategi injak kaki dan cekik leher ini, terbilang aman dalam menjadi strategi jitu guna melumpuhkan defisit sebagai persoalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun