Tersebutlah  Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, kemudian dikenal sebagai Habib Ali  Kwitang, yang menghidupkan Majelis Taklim Kwitang sekaligus Masjid al  Riyadh sebagai basis syiar.
Pengembangan  dakwah dari Kwitang berlangsung secara terus menerus, dijaman Habib  Ali. Pembangunan Masjid sendiri telah dimulai sejak tahun 1938.
Jelas tidak mudah membangkitkan dakwah, terlebih pada periode penjajahan kala itu. Dan di Kwitang semua bermula.
Selepas  kemerdekaan, sekitar 1963 perbaharuan Masjid Kwitang diresmikan oleh  Presiden Sukarno dengan menyematkan nama sebelumnya, sebagai Khuwatul  Ummah yang bermakna kekuatan umat dalam menjaga kemerdekaan.
Lalu kemudian, nama tersebut kembali berubah menjadi al Riyadh, yang berarti taman surga hingga saat ini.
Gerakan dakwah lantas bertumbuh, dan menjadi semakin berkembang dengan dimensi keIslaman ditanah Betawi.
Termasuk  menjadi pembuka sekaligus memberi awalan, bagi KH Abdullah Syafi'i  dalam membangun Assyafi'iyah, serta KH Thahir Rohili pada kelahiran  taklim Atthohiriyah.
Dari Kwitang semua kebaikan telah bermula, dan jejak warisan sejarah itu memberi warna indah bagi kita saat ini. Pekik MERDEKA!. Allahu Akbar!.