Mohon tunggu...
Kata Hati
Kata Hati Mohon Tunggu... Nahkoda - Masih mencari jati diri

Ungkapkan isi hatimu sebisa mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kecil

20 Februari 2019   12:40 Diperbarui: 20 Februari 2019   13:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seorang lelaki yang hidup di bagian ujung perbatasan kota, lebih tepatnya di desa. Aku sekarang berumur 19 tahun dan sedang menempuh pendidikan S1 di sebuah kampus yang berada di kota sebelah. Sekarang masih semester 4 ya bisa dikatakan masil awal lah, masih belum terlalu kenal dengan karakter kampus. Itu riwayat aku yang sekarang. Aku akan ajak kalian untuk mengenalku disaat dari kecil.

Aku tinggal dengan Bapak, Ibuk, Kakek, Nenek dan kakak sepupu. Keluarga bukan orang kaya tetapi juga bukan orang tidak punya ya cukup lah. Rumahku besar tapi itu rumahnya kakekku, kurang lebih seperti rumah joglo jadi ruang tamunya itu sangat luas dan ada 4 pilar di dalam rumah. Rumahku juga punya halaman yang luas biasanya untuk jemur padi yang sudah panen. dan juga punya kandang ayam dulu tapi sekarang sudah dirombak dijadikan kandang bebek oleh Orang tuaku.

Oke lanjut, aku paling suka bulan puasa, kenapa bulan puasa? Karena setelah bulan puasa ada lebaran yang ditunggu-tunggu, bisa dampat uang, jajan dimana-diaman, rame orang pada silaturahmi dan pastinya anak-anaknya nenekku pada pulang semua, oiya anaknya nenekku itu ada 8 anak. Banyakkan, wajarlah orang-orang dulu itu anaknya pasti banyak-banyak karena prinsipnya banyak anak banyak rezeki tapi itu dulu sekarang sudah ada aturan dari pemerintah bahwa 2 anak itu lebih baik.

Pengalamanku ketika bulan puasa dan menjelang hari raya idul fitri, waktu itu aku masih umur 7 tahunan mungkin lupa soalnya. Jadi gini, itu bulan ramadha pertama kali tanpa seorang Bapak. Bapakku merantau ke Malaysia untuk mencari uang selama 3 tahunan. Ketika hari terakhir bulan ramadhan waktu itu aku mau buka puasa. Aku mendengar adzan berkumandang aku langsung ambil minum dan makanan. 

Ketika aku belum selesai makan terdengarlah suara takbir, aku langsung berhenti makan. Aku hanya diam dan mendengarkan takbir yang sangat menggetarkan hati kecilku. Tanpa aku sadari air mataku menetes tidak kuat aku membendungnya, "Aku ingat Bapak" "Bapak lagi apa disana" "Disini aku bisa duduk nyaman menikmati hidangan buka puasa" (dalam hatiku). Saat itulah aku langsung nangis kenceng "aku emoh bodo, bodo nggak penak" (Aku tidak mau hari raya, hari raya tidak enak), aku teriak sekenceng-kencengnya dan aku ulangi berkali kali sambil menangis, saat itu aku bersama dengan Ibuk, Nenek dan kakakku. Ibuk yang melihat aku langsung menangis sambil menenangkan aku. 

Tetapi aku tetap menangis dan Ibuk bilang "nggak popo yo le Bapak golek duit gae sampean sekolah, gae jajan sampean" (tidak apa-apa ya nak Bapak cari uang buat kamu sekolah, buat uang sakunya kamu) aku mendengar seperti itu aku tambah nangis. Aku cuma dipeluk sama Ibukku setelah lama aku berhenti menangis Ibuk bilang lagi "di dongakne ae yo, supoyo Bapak  sehat terus, terus dilancarne rejekine" (di do'akan saja ya, agar Bapak sehat selalu dan dilancarkan rezekinya) aku hanya jawab "enggeh Buk" (iya Buk). Setelah itu aku ganti baju pergi ke Masjid untuk menyerukan takbir.

Itulah sedikit cerita tentang diriku ketika masih kecil pada akhir bulan bulan ramadhan tanpa Bapak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun