Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan, Politik dan Keterbukaan Informasi Publik

Akademisi dan aktivis keterbukaan informasi publik. Tenaga Ahli Komisi Informasi (KI) Prov Jabar, mantan Komisioner KPU Kab Bandung dan KI Prov Jabar. Alumni IAIN Bandung dan S2 IKom Unpad ini juga seorang mediator bersertifikat, legal drafter dan penulis di media lokal dan nasional. Aktif di ICMI, Muhammadiyah, dan 'Aisyiyah Jabar. Aktifis Persma "Suaka" 1993-1999. Kini sedang menempuh S3 SAA Prodi Media dan Agama di UIN SGD Bandung. Menulis sebagai bentuk advokasi literasi kritis terhadap amnesia sosial, kontrol publik, dan komitmen terhadap transparansi, partisipasi publik, dan demokrasi yang substantif.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabubukna dan Sanajan, Jurus Birokrasi Agile Sekda Herman Suryatman yang Mengimbangi Kepemimpinan Gubernur Dedy Mulyadi

21 Juni 2025   17:15 Diperbarui: 21 Juni 2025   19:06 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Herman Suryatman Sekda Jabar (Sumber: https://id.wikipedia.org/)

Papan Kinerja Digital yang menampilkan aktivitas harian pejabat kunci secara transparan.

  • Absensi berbasis agenda kerja, bukan sekadar kehadiran fisik.

  • Dashboard Kinerja Terbuka, yang bisa diakses publik dan legislatif untuk memantau perkembangan kebijakan.

  • Langkah ini tak hanya menjembatani persepsi antara kerja nyata dan kehadiran fisik, tapi juga menegaskan bahwa birokrasi agile tidak bisa berdiri di atas ketertutupan. Ia harus bisa dilihat, dievaluasi, dan dipercaya.

    Kepemimpinan Dedy Mulyadi yang spontan, progresif, dan menyentuh langsung akar rumput---tidak akan maksimal jika tidak ditopang oleh figur birokrat seperti Herman Suryatman yang disiplin, terstruktur, dan berpikir sistem. Keduanya adalah dua kutub yang saling mengisi: politik kebijakan dan teknokrasi administrasi, gerakan massa dan reformasi birokrasi.

    Di sinilah titik keseimbangan dibangun. Gubernur adalah api semangat rakyat, Sekda adalah kompas arah kebijakan. Gubernur menyalakan keberanian, Sekda memastikan keberanian itu tepat sasaran.

    Kisah Sekda Jabar, Herman Suryatman dan pendekatan "sabubukna" serta "sanajan"-nya adalah contoh konkret bahwa birokrasi yang agile itu mungkin---asal ada kemauan, keberanian, dan sistem pendukung.

    Bagi birokrat di seluruh Indonesia, ini bukan hanya cerita tentang Sekda Jawa Barat. Ini cermin bahwa kita semua bisa---dan harus---bergerak. Karena pada akhirnya, rakyat tidak menuntut kehadiran kita di ruang rapat. Mereka menuntut hasil nyata di ruang hidup mereka.

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun