Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan, Politik dan Keterbukaan Informasi Publik

Akademisi dan aktivis keterbukaan informasi publik. Tenaga Ahli Komisi Informasi (KI) Prov Jabar, mantan Komisioner KPU Kab Bandung dan KI Prov Jabar. Dosen, alumni IAIN Bandung dan S2 IKom Unpad ini juga seorang mediator bersertifikat, legal drafter dan penulis di media lokal dan nasional. Aktif di ICMI, Muhammadiyah, dan 'Aisyiyah Jabar. Aktifis Persma Suaka 1993-1999. Kini sedang menempuh S3 Studi Agama-Agama di UIN SGD Bandung. Menulis sebagai bentuk advokasi literasi kritis terhadap amnesia sosial, kontrol publik, dan komitmen terhadap transparansi, partisipasi publik, dan demokrasi yang substantif.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Akses Informasi Untuk Semua: Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik yang Ramah Difabel

20 Juni 2025   12:00 Diperbarui: 20 Juni 2025   21:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhendar PERTUNI sebagai Narsum Kedua(Sumber: DokPri Fendi PA Bunda Samro KI RI)
Suhendar PERTUNI sebagai Narsum Kedua(Sumber: DokPri Fendi PA Bunda Samro KI RI)

Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan:

  1. Desain Media Komunikasi yang Inklusif:
    Dokumen publik harus tersedia dalam berbagai format --- braille, audio, video dengan subtitle dan juru bahasa isyarat, serta e-book yang kompatibel dengan pembaca layar.

  2. Pelatihan dan Pendampingan Kolaboratif:
    Libatkan organisasi penyandang disabilitas dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi. Mereka tahu kebutuhan komunitasnya lebih dari siapa pun.

  3. Pemanfaatan Teknologi Ramah Difabel:
    Gunakan teknologi asisten suara, aplikasi pembaca layar, dan platform komunikasi yang dirancang dengan prinsip universal design.

  4. Penyuluh Lapangan Inklusif:
    Rekrut dan latih penyuluh yang berasal dari atau memiliki pengalaman dengan kelompok rentan, termasuk difabel. Pendekatan dari dalam komunitas jauh lebih efektif dan berdaya.

  5. Kampanye Edukasi Publik yang Menyentuh Hati:
    Alih-alih hanya memberikan informasi, ciptakan kampanye yang menggugah --- dengan narasi, testimoni, dan kisah-kisah nyata yang menyuarakan perjuangan dan harapan kelompok difabel.

Sudah saatnya pendekatan top-down dalam penyebaran informasi digeser oleh pendekatan partisipatif yang merangkul semua. Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) bukan hanya milik mereka yang fasih membaca dan berdiskusi di forum-forum daring. UU ini adalah jembatan antara negara dan seluruh rakyatnya --- termasuk mereka yang menyimak lewat jari, gerak bibir, dan hati yang peka.

Sosialisasi keterbukaan informasi publik yang efektif bagi kelompok rentan, khususnya difabel, bukan perkara tambahan. Ini adalah ujian moral dan kematangan demokrasi kita. Kita tidak bisa bicara transparansi jika sebagian dari kita tidak tahu apa yang sedang dibuka.

Mari pastikan tidak ada yang ditinggalkan dalam gelap informasi. Karena saat semua bisa mengakses, memahami, dan memanfaatkan informasi, di situlah demokrasi menemukan makna sejatinya.

Bersama Komisioner KI RI, Bunda Samrotunnajah  dan Tim KI RI (Sumber: DokPri Fendi PA Bunda Samro KI RI)
Bersama Komisioner KI RI, Bunda Samrotunnajah  dan Tim KI RI (Sumber: DokPri Fendi PA Bunda Samro KI RI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun