Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Sudah Cinta Bersiaplah Kehilangan

1 Desember 2016   22:31 Diperbarui: 1 Desember 2016   22:55 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkataan, Pak Tua membuntuti Andi kemanapun ia pergi, membuatnya gelisah sepanjang waktu, hingga senja tiba, kali ini benar-benar perkataan memang benar dapat membuat seseorang bereaksi atasnya, perkataan tidak lebih dan kurang hanyalah kata-kata, bunyi-bunyian manusia dari mulutnya.

Andi masih pulang bersama Lila dengan mobilnya, perjalanan waktu dan pengulangan, keadaan yang sama namun langkah yang berbeda, apakah waktu berulang atau kejadian yang berulang? Kepala Andi semakin berat untuk berpikir tentang perkataan seorang kakek tua yang baru dikenalnya.

“pokoknya aku antar sampai rumah.” Lila semakin mendesak.

Dijawabnya desakan itu dengan lirikan sinis, matanya tajam masuk kekedalaman jiwa Lila yang membuatnya kemabali melakukan pengulangan kegetiran cinta, meremas setir mobil, dan menggigit bibir.

“oke, kalau kau mengantarku sampai rumah, tentu kau juga harus mampir untuk makan malam bersama kami.” Putus Andi yang tiba-tiba berubah.

Entah apakah itu kabar yang membuat Lila bahagia, atau sebaliknya, namun, suasana terlanjur menjebak, rasa sungkan dan ragu, serta diimbui penasaran menjebaknya dalam keadaan harus memutuskan untuk mengiyakan.

Mengecoh keraguan, Lila mengiyakan sambil menelan ludah.

Sampai dirumah andi Lila mendapati pemandangan yang kurang mengenakkan dan merangsang saraf ibanya, masuk pagar kedalam pelataran yang sempit, rumput tak terawat tumbuh seenaknya, bunga-bunga didalam pot seperti kurang perhatian, layu menyongsing ajal, teras penuh debu, dan kantong-kantong sampah menumpuk tak terbuang ke TPA didepan garasi.

Andi yang merasa tak terganggu meneruskan langkah masuk rumah dan Lila dengan perasan aneh itu memakasakan diri mengikutinya dari belakang.

Sampai ruang tamu, langkah Lila terhenti, ia adapati ruang tamu yang gelap, cahaya hanya ada sedikit dari luar, itupun dari lampu jalan didepan rumahnya. Di sofa ruang tamu, sesosok siluet anak kecil meringkuk memeluk boneka beruang, Lila menghampirinya, mencoba menerka siapa dia, matanya dipicingkan dan berkonsentrasi mengyibak kegelapan.

“Titin!?” Pekik Lila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun