Mohon tunggu...
Yoza Fitriadi
Yoza Fitriadi Mohon Tunggu... Guru - Sang Penjejak

Seorang Guru yanghobi menulis dan bercerita tentang apapun pada alam sekitar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Optimalisasi Kemitraan antara Sekolah dan Orangtua Siswa dalam Upaya Perlindungan Guru di Sekolah

15 September 2020   14:03 Diperbarui: 15 September 2020   14:43 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru merupakan salah satu profesi mulya yang banyak diidamkan. Dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menjadi guru adalah sebuah kehormatan.

Namun masih terdapat kendala yang menghambat profesionalitas guru. Mulai dari minimnya gaji yang didapatkan, pembatasan dalam menyampaikan pandangan hingga hadirnya tindak kekerasan. Guru tidak leluasa memberikan sanksi pelanggaran displin seperti push up atau berlari mengelilingi lapangan upacara.

Pasal 54 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak biasanya dijadikan referensi dalam laporan pengaduan kekerasan terhadap anak oleh guru. Pasal ini menekankan bahwa anak di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya baik berupa kekerasan fisik, psikis ataupun seksual.

Imbasnya adalah amat mudahnya guru dilaporkan ke polisi, siswa menantang gurunya berkelahi dan orangtua siswa tak segan-segan melakukan intimidasi dan kontak fisik hanya karena alasan sepele. Seperti kasus meninggalnya seorang guru di SMAN 1 Torjun Madura akibat dianiaya oleh muridnya pada awal tahun 2018 ataupun dijebloskannya seorang guru SMAN 1 Sinjai Selatan ke penjara oleh orangtua siswa karena tak terima rambut anaknya dicukur pada tahun 2016 (TribunManado, 2018).

Penyebab hal ini masih sering terjadi salah satunya adalah karena renggangnya hubungan kemitraan antara pihak sekolah dengan siswa dan orangtuanya. Kemitraan tersebut dapat dijalin dengan berbagai cara, seperti dengan menyertakan orangtua siswa dalam kegiatan sekolah.

Penyertaan Orangtua Siswa dalam Kegiatan Sekolah

Orangtua siswa akan merasa dihargai ketika pihak sekolah kerap menyertakan mereka dalam berbagai kegiatan seperti rapat komite guna menentukan besaran anggaran sekolah. Akan muncul responbility atau rasa tanggungjawab dalam menyambut kegiatan di sekolah anaknya.

Selain itu orangtua siswa dapat diundang dalam pembagian hasil pembelajaran. Mereka akan mengetahui langsung perkembangan akademik dan non akademik anaknya sehingga akan meminimalisir praduga yang salah pada pihak sekolah.

Bisa pula diajak dalam pelatihan atau seminar tentang anak dan lain sebagainya. Bilapun ada masalah yang menimpa anaknya, maka perlu pula optimalisasi kinerja wali kelas dan guru BK.

Peranan Kinerja Wali Kelas dan Guru BK

Wali kelas memegang peranan penting untuk mengontrol tingkah laku peserta didik di kelasnya. Permasalahan yang hadir harus segera dikonseling dan dicari penyelesaiannya, bila masih dianggap belum cukup dapat menyertakan guru BK. Komunikasi yang efektif akan berdampak pada perkembangan siswa.

Hal ini penting guna mengantisipasi kenakalan remaja yang boleh jadi akan menjadi bumerang bagi guru di sekolah. Perlu pula dilakukan home visit ke rumah siswa untuk berbincang dengan orangtua dan siswa tersebut secara pribadi, sehingga didapatkanlah pemecahan masalah yang lebih komprehensif.

Di sisi lain orangtua siswa akan lebih mengenal guru anaknya. Bahkan kalau perlu sesekali dilakukan kegiatan semisal outbound ataupun family gathering guna memperkuat kemitraan.

Kegiatan Outbound dan Family Gathering

Pelaksanaan kegiatan yang bersifat memupuk kebersamaan seperti outbound ke tempat wisata alam dapat dilakukan dengan mengundang siswa dan orangtuanya. Selain menunjang pembelajaran di luar sekolah, jiwa kepemimpinan dan team building akan tercipta.

Family Gathering juga dapat dilakukan guna mencairkan suasana dalam prosesi pembelajaran yang mungkin terkadang menjemukan. Di sini para guru dapat berinteraksi lebih luas dengan siswa dan orangtuanya sehingga jalinan persaudaraan dapat terjaga.  Seperti kata Ki Hajar Dewantara, jangan setengah hari menjadi guru, karena anak didik telah membuka sepenuh hatinya.

Dengan hadirnya berbagai upaya tersebut diharapkan dapat terciptanya kepercayaan utuh orangtua siswa pada pihak sekolah sehingga akan lahir kemitraan yang sinergis. Hasilnya adalah masalah yang timbul dapat teratasi.

Namun tentu saja masih perlunya peran aktif pemerintah dan masyarakat luas dalam memperkokoh perlindungan profesi guru tersebut. Keberadaan organisasi semisal Persatuan Guru Repubik Indonesia harus dimaksimalkan kinerjanya dalam memayungi perlindungan hukum apabila masih terjadi masalah yang dialami guru.

Sehingga Indonesia yang cerdas dan berkarakter dapat direalisasikan dengan terlindungi para guru dalam melakukan tugas profesinya tanpa perlu khawatir adanya gangguan yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun