Mohon tunggu...
Kholisatul Amaliyah
Kholisatul Amaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional

Saya adalah seorang mahasiswa kelahiran tahun 2003 yang sangat tertarik dengan isu feminisme, gender equality dan women ampowerment. Selain itu, saya juga sangat menikmati musik terutama musik K-Pop dan Stray Kids.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feminisme Modern: Peran Media Sosial Era Gen Z

30 Januari 2024   17:13 Diperbarui: 3 Februari 2024   09:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak bisa dipungkiri membawa banyak perubahan yang signifikan dalam kehidupan kita, perubahan perubahan tersebut juga membawa banyak dampak, entah itu dampak baik maupun buruk tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Satu dari banyaknya teknologi yang sering kita temui sekarang adalah media sosial seperti facebook, instagram, twitter, tiktok dan masih banyak lagi.

Gen Z, atau yang merupakan kependekan dari Generasi Zoomer, merupakan generasi yang hidup sangat dekat dengan media sosial. Menurut data dari hasil penelitian Rideout dan Robb (2018), lebih dari 92% individu yang lahir tahun 1996 sampai 2012, yang termasuk dalam golongan gen Z menggunakan dan memiliki setidaknya satu akun media sosial mereka sendiri. Hal ini menunjukkan bahwasanya generasi ini bisa dibilang sangat bergantung pada media sosial sebagai media untuk bercengkrama satu sama lain.

Pemanfaatan platform media sosial yang dulunya hanya untuk bersenang-senang dan mencari teman, kini sudah semakin luas dan berevolusi, yang termasuk di dalamnya juga sebagai media advokasi untuk isu-isu sosial seperti feminisme. Dengan menggunakan platform media sosial yang cakupannya global, dapat dilihat dan diakses oleh siapapun, banyak dari feminis Gen Z yang gencar menyuarakan concern dan keprihatinan mereka terhadap isu-isu feminisme yang tengah terjadi di masyarakat.

Berbeda dengan Gerakan feminisme tradisional yang cenderung menggunakan cara-cara konvensional seperti demo untuk menyuarakan perubahan, Gerakan feminisme modern hadir ke dalam masyarakat dengan cara yang lebih mudah dan dekat, melalui media sosial yang sudah seperti makanan sehari-hari bagi mereka.

Sekarang ini, apa yang dilakukan para feminis gen Z adalah memanfaatkan media sosial sebagai media untuk memberikan kesadaran akan isu-isu feminisme dan kesetaraan gender dengan cara mengetweet, membuat thread, memposting video, foto dan story berkaitan dengan isu feminisme, mengingatkan langsung melalui omongan saat live, me-repost postingan-postingan yang berbau feminisme supaya postingan tersebut bisa lebih banyak dilihat oleh orang lain serta ikut menggunakan hashtag seperti #GirlSupportGirl sebagai suatu bentuk dukungan.

Hal ini bisa terjadi, juga karena dibantu oleh adanya budaya influencer yang sedang marak terjadi di berbagai platform media sosial, sehingga membuat beberapa orang atau aktivis berlomba-lomba untuk memberikan pengaruh mereka kepada pengikutnya dengan cara lebih vokal menyuarakan pendapat dan pesan-pesan dukungan terhadap isu feminisme yang sedang terjadi.

Media sosial membawa manusia kini pada budaya kebebasan berekspresi akan apa yang mereka minati, atau yang mereka anggap benar. Dari media sosial, manusia terutama gen Z yang bisa dikatakan hidup bendampingan dengannya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk ikut terlibat dalam aktivitas-aktivitas kemanusiaan dan aktivitas sosial dalam rangka membawa perubahan untuk dunia yang dianggap lebih baik.

Di samping itu, media sosial yang bebas dan global ini juga tidak hanya berguna bagi para aktivis feminis gen Z itu saja, melainkan juga bagi individu perempuannya yang berperan sebagai lakon utama dalam istilah feminisme yang tengah dipejuangkan. Media sosial dengan segala kemudahan aksesnya, menyediakan tempat bagi mereka untuk menceritakan keluh kesah dan kekhawatiran mereka, media sosial memberikan mereka wadah untuk saling berbagi pengalaman, berbagi cerita, berbagi dukungan, serta saling berbagi tips untuk meningkatkan value diri sebagai sesama perempuan.

Meskipun dampak buruk media sosial juga tidak sulit ditemukan, seperti penyebaran informasi hoax dan ujaran kebencian, serta sindiran tersirat lewat jokes-jokes dari pihak-pihak anti-feminisme, tetapi tetap tidak dapat ditampik bahwasanya media sosial berperan sangat penting dan memberikan banyak manfaat bagi perkembangan feminisme modern sampai saat ini.

https://unair.ac.id/kesejahteraan-psikologis-gen-z-pengguna-media-sosial-peran-harga-diri-ketergantungan-media-sosial-dan-motif/

https://now.org/blog/the-social-media-revolution-is-reshaping-feminism/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun