Mohon tunggu...
Yosua Aji
Yosua Aji Mohon Tunggu... Penulis - Pendidik yang terus berjuang untuk mencintai baca tulis dan juga senang bermimpi

Menulis bisa menjadi salah satu ramuan mujarab bagi siapapun untuk menyembuhkan diri dari pedihnya hiruk pikuk dunia. Menulis bisa dari apa yang kamu amati, kemudian maknai itu dalam bentuk goresan digital yang kadang tak sempurna.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Sambat-Sambut-Syukur

29 Januari 2021   08:32 Diperbarui: 29 Januari 2021   08:39 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambat-Sambut-Syukur (Sumber:https: //shopee.co.id/fahmi.smile)

Bagi yang akrab dengan dunia  Pramuka, sepertinya tidak asing dengan lagu ini:

"Apa guna keluh kesah, apa guna keluh kesah...

Pramuka tak kenal bersusah...

Apa guna keluh kesah"

Lirik lagu Pramuka ini sepertinya hendak mengungkap bahwa keluh kesah bukan menjadi ciri  seorang Praja Muda Karana.  Mungkin saja mereka tidak mengenal keluh kesah itu, atau mungkin  mencoba mengacuhkan perasaan itu.  Sepertinya, keluh kesah dianggap sebagai penghambat untuk kelompok sosial  ini melangkah maju dan mengembangkan dirinya ke depan. Namun apa iya begitu? 

Kawan, nyatanya,  ujaran untuk tidak berkeluh kesah juga kerap digaungkan  di lingkungan sosial kita, manakala ada orang yang mengeluh atas peristiwa  yang dialami dan diraskannya maka tidak sedikit orang yang langsung menyaut:  "Wis ojo sambat.-  sudah jangan mengeluh", "Buat apa mengeluh!" "Sudah diterima saja", dsb.

Bukankan ungkapan ini sangat umum kita dengar? Namun bagi saya pribadi nampaknya sangat prematur dan dini untuk langsung berucap: "jangan!" terhadap mereka yang berbeban berat  tanpa mau menyediakan sedikit waktu untuk  mencoba memahami apa yang melandasi keluhannya itu.

Memangnya sambat tidak boleh? 

Bukankah  dengan bersambat  kita menunjukkan identitas kemanusiaan ini? Sisi manusia yang bisa lelah fisik dan mentalnya?

Sambat menjadi ungkapan semua golongan manusia:  muda-tua, berpendidikan maupun tidak, di kota maupun di desa, berjabatan tinggi maupun mereka yang hidup menggantungkan diri kepada orang lain. Semua bisa sambat dan semua pasti pernah mengalaminya. 

Akan tetapi, tidak jarang sambat yang sebatas keluhan itu  biasanya akan bermuara pada perasaan  jengkel,  kecewa, putus asa dan  bisa membuat manusia  menjadi antipati terhadap situasi yang seharusnya ia perjuangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun