Liga Inggris memang baru menuntaskan empat pertandingan awal. Secara situasi dan matematis, semua kemungkinan masih bisa terjadi.
Tapi, Liverpool menjadi satu tim yang terlihat "berbeda" (dalam artian positif) di sini. Selain menjadi satu-satunya tim yang selalu menang di empat pertandingan, ada level berbeda yang ditampilkan tim asuhan Arne Slot.
Dari empat laga itu, Liverpool mulai terbiasa mengontrol situasi sejak awal. Mereka selalu mencetak gol duluan dan belum pernah kebobolan lebih dulu.
Ketika lawan melakukan kontrastrategi efektif yang mampu mengubah situasi, seperti pada laga melawan Bournemouth dan Newcastle United (yang pada prosesnya sempat menghasilkan situasi skor imbang 2-2) The Reds mampu membalasnya dengan satu kombinasi kontrastrategi dan skenario: pergantian pemain dan gol menit-menit akhir.
Pada laga melawan Bournemouth, Federico Chiesa yang turun sebagai pemain pengganti di babak kedua mampu mencetak gol di menit-menit akhir, sebelum Mohamed Salah mencetak gol yang memastikan kemenangan dengan skor 4-2.
Di Newcastle, giliran Rio Ngumoha yang muncul sebagai "supersub" setelah golnya di menit akhir memberi kemenangan 3-2 Liverpool atas Newcastle United.
Di dua laga ini, Liverpool memang dua kali unggul dengan skor 2-0 lebih dulu, tapi dua kali kecolongan setelah lawan berani keluar menyerang. Beruntung, pergantian pemain yang efektif membuat tim tetap mampu mengunci kemenangan.
Di dua pertandingan lain, yakni melawan Arsenal dan Burnley, situasinya bisa dibilang serupa tapi tak sama. Meski sama-sama menang 1-0 berkat gol menit-menit akhir dari situasi bola mati, situasinya sedikit berbeda.
Pada laga melawan Arsenal, alur permainan cenderung berimbang, sementara alur pertandingan melawan Burnley cenderung satu arah. Saat melawan Arsenal, laga berjalan intens, dengan gol tendangan bebas Dominik Szoboszlai sebagai pembeda.