Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Garuda Muda, Kembali ke Mode Setelan Pabrik

31 Juli 2025   00:45 Diperbarui: 31 Juli 2025   00:45 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke setelan pabrik. Begitulah kesimpulan yang bisa didapat, dari performa Timnas Indonesia U-23, setelah tumbang 0-1 dari Vietnam di final Piala AFF U-23, Selasa (29/7) lalu.

Meski secara statistik unggul dalam penguasaan bola, Garuda Muda benar-benar dibuat buntu di sepertiga akhir lapangan. Jangankan membuat peluang dan mencetak gol, menembus lini tengah saja kesulitan.

Pada prosesnya, tim asuhan Gerald Vanenburg ini sudah mulai terbiasa membangun serangan dari bawah, tapi ketika situasi buntu, kembali ke versi "setelan pabrik" Timnas Indonesia seperti menjadi sisa pilihan satu-satunya.

Tidak ada kreativitas di lini tengah, yang seharusnya jadi sektor dapur serangan, karena sektor sayap jadi tumpuan satu-satunya. Umpan pendek kombinasi satu-dua sentuhan pun seolah hanya mitos, karena umpan panjang dan umpan silang lebih banyak digunakan.

Kalau akurasinya oke, umpan silang dan umpan panjang memang berbahaya. Celakanya, akurasi umpan Kadek Arel dkk, terutama di sepertiga akhir lapangan, tidak cukup bagus.

Ketika cara ini gagal, menggunakan kemampuan individu jadi cara paling umum yang banyak dipakai. Tapi, kemampuan itu tidak banyak membantu, karena para pemain Timnas U-23 masih belum lepas dari kebiasaan membawa bola terlalu lama.

Alhasil, momentum serangan sering patah. Penyerang yang membutuhkan dukungan umpan matang seperti Jens Raven pun terlihat seperti layang-layang putus, karena  tak pernah mendapat cukup umpan matang.

Ketika strategi umpan panjang dan gocek bola sampai mentok tak berfungsi, lemparan jauh Robi Darwis jadi opsi tersisa. Hanya inilah satu-satunya aspek yang jadi fitur "upgrade" dari versi setelan pabrik khas Timnas Indonesia yang dulu kita kenal.

Dengan strategi yang minim variasi, lawan tak perlu pusing membuat taktik khusus. Mereka hanya perlu mencetak gol lalu bertahan serapat mungkin, sambil memperlambat tempo permainan.

Jika dilihat lagi, memaksakan strategi yang tidak efektif, hanya satu cara buang-buang waktu dan tenaga dengan kesadaran penuh. Terbukti, stamina para pemain tampak kendor, terutama di setengah jam terakhir pertandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun