Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Status STY dan Lagu Lama PSSI

4 Februari 2024   13:51 Diperbarui: 4 Februari 2024   20:16 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. (Dok PSSI via Kompas.com)

Dalam beberapa hari terakhir, pembahasan soal kejelasan nasib pelatih Shin Tae-yong cukup menarik perhatian. Seperti diketahui, kontrak sang pelatih akan tuntas di pertengahan tahun 2024.

Meski belum meraih trofi bersama Timnas Indonesia, desakan publik sepak bola nasional agar PSSI segera memperpanjang kontrak pelatih asal Korea Selatan itu cukup kuat.

Maklum, di bawah komando STY, Timnas Indonesia menunjukkan perkembangan positif. Mulai dari lolos ke Piala Asia di berbagai kelompok umur, peringkat FIFA naik cukup signifikan, sampai stamina pemain yang lebih kuat dari sebelumnya.

Bahkan, di bawah komando eks pelatih Timnas Korea Selatan ini, Timnas Indonesia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah lolos dari fase grup Piala Asia 2023.

Terlepas dari sedikit faktor keberuntungan yang terjadi, capaian ini terbilang istimewa, karena Tim Garuda datang ke Qatar sebagai tim dengan peringkat FIFA terendah kedua setelah Hong Kong.

Kalau untuk ukuran tim nasional, khususnya dengan kondisi Timnas Indonesia selama ini, normalnya prestasi ini sudah cukup untuk memastikan kontrak pelatih diperpanjang. Kebetulan, target lolos dari fase grup Piala Asia sudah terpenuhi.

Masalahnya, PSSI, seperti yang diinfokan Erick Thohir selaku Ketua Umum, ternyata menyelipkan juga dua syarat lain, yakni lolos dari fase grup Piala Asia U-23 dan lolos ke putaran lanjut di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, yang sekaligus menjadi tiket lolos ke Piala Asia 2027.

(Kompas.com)
(Kompas.com)

Otomatis, kalau target tidak terpenuhi, kontrak Shin Tae-yong tidak diperpanjang. Secara profesional, klausul semacam ini bisa dimengerti, tapi kalau memakai sudut pandang jangka panjang, ini adalah sebuah lagu lama khas PSSI.

Seperti biasa, PSSI membonceng harapan besar publik sepak bola nasional, walau sebenarnya tim ini bukan tim yang bisa menanggung beban harapan begitu banyak.

Tim yang ada sekarang saja, sebenarnya masih dalam proses pembangunan. Ada beberapa pemain diaspora Indonesia yang baru akan bergabung, dan ada yang masih dipantau.

Akan aneh kalau tim yang sebenarnya belum jadi, malah dianggap sudah jadi, dan bisa diwariskan ke pelatih baru. Kalau pelatih baru sama-sama pernah melatih di Piala Dunia dan Piala Asia, mungkin harapan maju masih ada.

Ada standar level yang sama, kalau perlu lebih baik, dan rencana yang konsisten. Tapi, berhubung PSSI kadang punya sudut pandang ajaib, dan kualitas liganya masih jalan di tempat, tak banyak yang bisa diharapkan.

Cara pandang mereka masih cenderung bergaya amatir, karena masih menunggu kontrak sang pelatih habis. Padahal, tak perlu menunggu waktu habis untuk memperpanjang kontrak pelatih.

Tak perlu baper juga kalau pelatih yang bersangkutan menjalin kontak dengan tim lain, entah klub atau negara. Etikanya memang membolehkan demikian, khususnya kalau si pelatih sudah masuk bulan akhir masa kontrak.

Siapa suruh memperpanjang kontrak dengan jangka waktu pendek?

Malah, ketika pelatih klub Liga 1 seperti Stefano Cugurra (Brasil, Bali United) dan pelatih lokal seperti Fakhri Husaini masuk nominasi kandidat pelatih Timnas Indonesia, gelagat kepergian Shin Tae-yong jelas bukan gosip belaka.

Apalagi, gaji sang pelatih yang berkisar di angka 13,5 miliar rupiah per tahun adalah angka yang tidak sedikit untuk ukuran PSSI, yang biasanya tak terlalu royal soal gaji pelatih.

Pelatih yang dipilih pun cukup banyak yang sebelumnya melatih di Liga Indonesia atau Asia Tenggara. Padahal, untuk sekelas tim nasional, kualitas pelatihnya harus lebih baik, kecuali Timnas Indonesia hanya berhadapan dengan tim sekelas San Marino atau Gibraltar.

Berhubung kesempatan untuk "menghemat" anggaran gaji terbuka, kenapa tidak?

Jadi, normal kalau nanti Shin Tae-yong pergi, jika satu saja target PSSI tak tercapai, dan penggantinya datang dari liga domestik. Pelatih juara Euro U-21 sekelas Luis Milla saja dulu diganti dengan Simon McMenemy yang sukses juara liga bersama Bhayangkara FC.

Hasilnya? Ahsudahlah.

Berhubung gelagat itu mulai kelihatan, sepertinya kita perlu mulai belajar mendukung Timnas Indonesia, tanpa perlu mencintai dengan ugal-ugalan dan bertepuk sebelah tangan. Selama federasinya masih bobrok, selama itu juga harapan tinggi akan berakhir dengan rasa sakit yang perih.

Kalaupun ada bagian paling keren yang masih konsisten ada saat Tim Merah Putih bertanding, itu hanya berupa rasa merinding setiap kali lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang sebelum kick off.

Selebihnya, terserah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun