Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

De Gea dan Dilema Manchester United

8 Mei 2023   17:43 Diperbarui: 8 Mei 2023   17:57 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
David De Gea, kiper andalan Manchester United (Bolasport.com)

Dari segi defensif, refleksnya memang masih jadi salah satu yang terbaik di Liga Inggris. Tangan dan kaki panjangnya masih andal dalam mencegah peluang lawan di saat tim membutuhkan. Satu tuntutan klasik seorang kiper, yang masih bisa dilaksanakannya dengan sangat baik.

Tapi, atribut ini terlihat kurang cocok dengan sistem permainan United ala Erik Ten Hag, khususnya dalam hal membangun serangan dari bawah. Seperti diketahui, pelatih asal Belanda itu menerapkan gaya main agresif, yang pada titik tertentu menuntut kiper untuk ikut aktif terlibat.

Gaya main ini sebenarnya sudah umum, dan ikut memodernisasi peran kiper. Dari yang tadinya hanya menjaga gawang, kini bisa leluasa menggocek bola, memberi assist bahkan mencetak gol, seperti yang antara lain sudah dilakukan Alisson bersama Liverpool.

Masalahnya, dinamika ini kadang jadi mimpi buruk buat kiper klasik seperti De Gea. Ia kurang nyaman memainkan bola di kakinya, atau mengoper pendek ke depan.

Alhasil, dirinya kurang terlihat, ketika tim mencoba membangun serangan dari bawah. Hampir setiap kali mendapat operan, bola selalu dibuang jauh. Saat bisa mengumpan pendek, akurasinya juga kurang bagus

Posisinya belakangan jadi titik lemah, ketika tim diserang. Kebanyakan lawan  musim ini seperti sepakat, menekan pertahanan sejak awal adalah rumus paling simpel untuk merusak skema taktik Manchester United.

Hasilnya, meski berpeluang meraih Golden Glove, De Gea ternyata sudah tercatat melakukan 4 blunder fatal yang berbuah gol, termasuk saat MU tumbang 0-1 dari West Ham, Senin (8/5) dinihari WIB).

Memang, kesalahan personal ada pada kiper yang tangkapannya tidak lengket, tapi ini tetap menjadi kesalahan kolektif, karena tim gagal mengatasi titik lemah di saat krusial, bahkan saat pemain yang biasa jadi kambing hitam ditepikan.

Lebih jauh, situasi ini juga menunjukkan, Erik Ten Hag masih belum punya sistem permainan yang ideal, karena masih punya titik lemah mencolok, yang terbukti jadi sasaran empuk lawan, terutama di laga tandang.

Terlepas dari performa ciamik di Piala Liga dan Piala FA, kelemahan The Red Devils era Ten Hag (seharusnya) bisa menjadi satu catatan tersendiri untuk musim depan.

Selama pelatih gundul itu masih terlalu idealis dengan idenya, tapi tidak adaptif, sepertinya ini akan jadi awal masa sulit, sekaligus repetisi  dari era kepelatihan Louis Van Gaal, Hollander lain yang awalnya juga terlihat menjanjikan di Manchester, tapi berakhir muram karena terlalu idealis.

Akankah kisah lama kembali terulang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun