Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Visakha, Kejutan Normal dari Kamboja

28 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:08 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Visakha mengalahkan Bali United 5-2 di fase grup Piala AFC (Dokumentasi Bali United via Kompas.com)

Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, FFC (PSSI-nya Kamboja) bekerja sama dengan JFA (PSSI-nya Jepang) dalam hal pengembangan sepak bola. Salah satunya terlihat, dari keberadaan duet Keisuke Honda dan Ryu Hirose di kursi pelatih Timnas Kamboja, yang juga diikuti dengan pengembangan liga domestik.

Untuk pengembangan liga domestik, kerja sama FFC dan JFA juga terlihat, dengan diadopsinya sistem J-League di C-League. Hasilnya, liga yang memulai era profesional sejak 2005 ini mulai berkembang, dan belakangan berganti nama menjadi Liga Primer Kamboja.

Perubahan ini membuat kompetisi di sana mulai menerapkan standar ketat pada aspek mendasar, seperti legal, infrastruktur, dan keuangan. Jika tidak memenuhi syarat, mereka akan dicoret, sekalipun klub itu sukses promosi ke kasta tertinggi.

Bukan hanya itu, sosok Kawabuchi Sairo, yang merupakan salah satu kreator J-League versi modern juga digandeng untuk membantu pengembangan kualitas kompetisi.

Aroma Jepang di sini juga semakin terlihat, dari kehadiran sosok Satoshi Saito sebagai CEO Cambodian Football League Company (CFLC- PT LIB-nya Kamboja) yang dipercaya FFC mengelola liga domestik.

Selain pernah bekerja di bagian pemasaran FC Barcelona, Sato juga pernah bekerja di JFA dan FIFA. Boleh dibilang, tata kelola kompetisi sepak bola di Kamboja kini dipegang profesional di bidangnya, dan sudah mulai menghadirkan perubahan positif.

Hasil perubahan ini antara lain terlihat di Visakha, setidaknya dalam hal fasilitas klub. Prince Stadium, kandang mereka adalah stadion milik klub yang dibangun swasta, bukan berstatus sewa dan milik pemerintah, seperti kebanyakan stadion kandang klub Indonesia.

Meski "hanya" berkapasitas 15 ribu tempat duduk, salah satu venue SEA Games 2023 ini sudah termasuk stadion berstandar FIFA. Ada lampu 1.500 Lux, sauna, ruang ganti, arena pemanasan, dan semua bangkunya single seat.

Di luar stadion milik sendiri, klub yang pendiriannya diinisiasi Sar Sokha (Sekretaris Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kamboja) ini juga sudah punya akademi sendiri.

Dengan level profesionalisme seperti ini, maka wajar jika skor 2-5 untuk kekalahan tim asuhan Stefano Cugurra bisa terjadi. Jika melihat catatan sejarah Timnas Indonesia dengan Kamboja, kekalahan telak ini memang terasa memalukan.

Tapi, kekalahan ini seharusnya bisa jadi koreksi bersama buat insan sepak bola nasional, supaya tidak terlena dengan catatan superior Indonesia atas Kamboja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun