Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool dan Harapan yang Tersisa

18 Mei 2022   09:24 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:35 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacuan gelar Liga Inggris, tegang hingga akhir (Express.co.uk)

Masih hidup. Begitulah nasib peluang Liverpool, di pacuan gelar juara Liga Inggris musim ini, setelah mereka mampu mengalahkan Southampton dengan skor tipis 2-1, Rabu (18/5, dinihari WIB).

Dalam laga ini, Si Merah melakukan rotasi besar-besaran, dengan memainkan sejumlah pemain pelapis. Maklum, mereka baru saja bertarung habis-habisan melawan Chelsea di final Piala FA.

Di lini belakang, duet palang pintu Ibrahima Konate dan Joel Matip ditampilkan, bersama diet Kostas Tsimikas dan Joe Gomez di pos bek sayap. Di tengah, James Milner turun sebagai kapten tim, didampingi Curtis Jones dan Harvey Elliott.

Di depan, trio Firmino-Jota-Minamino tampil sebagai starter. Praktis, hanya Alisson dan Konate saja yang kembali jadi starter di kandang Southampton. Sebuah keputusan yang kental dengan nuansa pertaruhan.

Keputusan drastis ini sebenarnya cukup bisa dimengerti, karena jadwal padat The Reds mulai meminta korban cedera. Di dua pertandingan terakhir, Fabinho, Virgil Van Dijk dan Mohamed Salah secara beruntun mengalami cedera otot.

Awalnya, ini hampir saja berakibat fatal. Soton yang bermain rapat mampu unggul 1-0 lebih dulu, setelah tendangan terukur Nathan Redmond mampu menjebol gawang Alisson jelang seperempat jam awal pertandingan.

Tapi, Liverpool yang bermain dominan di Saint Mary's Stadium kembali menampilkan ketangguhan mental dan kesabaran mereka. Hasilnya gol-gol Takumi Minamino di menit 28, dan Joel Matip di menit 68 sukses membalikkan keadaan, dan memastikan poin penuh di tangan.

Situasi ini mirip dengan saat menghadapi Aston Villa pekan lalu: menang tipis setelah tertinggal lebih dulu di kandang lawan, yang bermain rapat sepanjang pertandingan.

Sayangnya, kesamaan lain muncul dalam hal tumbal pemain cedera. Kali ini, giliran Joe Gomez yang harus diganti di awal babak kedua, akibat mengalami masalah di lutut.

Meski hanya menang tipis, kemenangan ini sukses memaksa pacuan gelar juara liga berlangsung sampai pekan terakhir. Tentu saja, ini menjadi satu hal yang agak sulit dibayangkan, khususnya di paruh pertama musim ini.

Maklum, Manchester City sempat tampil superior, dan sempat menciptakan gap poin dua digit, dengan pesaing terdekat. Tapi, Liverpool dengan mental bajanya mampu bangkit di paruh kedua, dan membuat gap poin hanya tinggal satu angka saja. Sebuah kemajuan luar biasa buat The Kop, setelah musim lalu dihantam badai cedera.

Alhasil, City yang biasa tampil dominan di setiap laga, akhirnya kembali mendapat lawan sepadan, dari tim bertipikal pekerja keras. Kini, semua tinggal menunggu, bagaimana akhir dari balapan ketat ini.

Titik akhir pacuan gelar Liga Inggris musim ini juga akan menghadirkan satu paket drama menarik. Selain karena Etihad Stadium dan Anfield akan jadi panggungnya, ada Aston Villa dan para mantan yang ikut mewarnai drama ini.

Seperti diketahui, Aston Villa kini dilatih Steven Gerrard, eks kapten Liverpool, dan dimotori Coutinho, yang juga eks idola publik Anfield. Tapi, ada satu nama mantan lagi, yang bisa ikut ambil bagian, yakni Jack Grealish.

Seperti diketahui, pemain berharga 100 juta pounds milik Manchester City ini sebelumnya merupakan bintang di Villa Park. Jadi, akan ada satu kontradiksi di sini, karena Coutinho dan Gerrard berpeluang membantu mantan untuk meraih trofi liga, sementara Grealish berpeluang menyakiti mantan, demi mengejar trofi liga.

Apapun hasilnya, pacuan gelar juara Liga Inggris musim ini tetap layak diapresiasi, karena baik Liverpool maupun Manchester City sama-sama menampilkan standar tinggi, yang mampu menghadirkan persaingan berkualitas, dan menampilkan secara gamblang, seberapa jauh gap kualitas antartim, khususnya di papan atas.

Satu hal lagi yang membuat persaingan ini terlihat sangat berkualitas adalah, tidak ada drama perseteruan, apalagi baku hantam, baik di atas lapangan maupun luar lapangan.

Kalaupun ada, itu hanya sebatas adu komentar di media. Benar-benar dewasa. Di liga top Eropa lain, belum tentu ada lagi yang seperti ini.

Mungkin, ini akan kurang disukai media, tapi persaingan kedua tim telah mendefinisi ulang, seperti apa sebuah persaingan dua tim kuat seharusnya berjalan. Adu komentar di media hanya berhenti di media, sama seperti persaingan di lapangan: cukup di lapangan.

Menarik ditunggu, klimaks macam apa yang akan hadir di pacuan gelar Liga Inggris musim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun