Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

September dan Mei: Antara Memori, Repetisi dan Rekognisi

14 Mei 2022   12:41 Diperbarui: 14 Mei 2022   12:42 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (tirto.id)

Ada begitu banyak sudut pandang muncul, lengkap dengan pro-kontra di sekitarnya. Semua merasa benar, setidaknya menurut sudut pandang masing-masing.

Meski sudah lama berlalu, nyatanya masih banyak hal yang kebenarannya belum terungkap, atau sengaja tidak ingin diungkap, entah sampai kapan.

Pada akhirnya kesimpangsiuran ini tetap dibiarkan bergulir liar, hingga menjadi sebuah misteri, karena tidak semua mau menceritakan.

Setiap tahunnya, negara rutin memperingati keduanya dengan sikap hati-hati. Maklum, masih ada banyak pihak yang tak bosan membunyikan narasi "bahaya laten" di sana.

Narasi "bahaya laten" sebenarnya tepat untuk memperingatkan masyarakat, agar sebisa mungkin tidak kembali ke masa-masa sulit itu, tapi tidak untuk diboncengi mereka yang berjiwa oportunis.

Ini menjadi satu repetisi paling menyebalkan, karena dua momen pergantian masa ini sebenarnya menyiratkan pesan yang sama: di saat para pembesar berebut kekuasaan, atau dibuat silau olehnya, rakyatlah yang jadi pihak paling menderita.

Apapun bentuknya, selama yang berkuasa tak pernah melihat ke bawah, dan menaruh hati di atas tanah, ceritanya akan tetap suram bagi rakyat. Seperti sebuah acara seremonial, ini hanya akan jadi sebuah repetisi kosong.

Padahal, di balik sifat repetitifnya, peringatan rutin di dua momen ini seharusnya bisa menjadi satu momen rekognisi, untuk mengingat, betapa mahalnya harga sebuah nafsu untuk berkuasa.

Jika rekognisi ini jadi dasar sebuah kesadaran, seharusnya dua momen penuh cerita ini cukup berhenti sampai di situ saja. Tidak untuk diulang lagi atau dipolitisasi, kapanpun itu.

Karena, jika sudah terlanjur disilaukan dengan tahta, mereka yang tidak siap atau layak justru akan lupa diri, bahkan kehilangan sisi kemanusiaannya. Kalau sudah begini, hukum rimba lah yang akan berkuasa: yang kuat memakan yang lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun