Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Laga Pertama, Sebuah Gambaran

27 Januari 2022   23:13 Diperbarui: 27 Januari 2022   23:20 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi gol pemain Timnas Indonesia ke gawang Timor Leste (Kompas.com)

Pada 27 dan 30 Januari 2022, Timnas Indonesia melakoni pertandingan uji coba FIFA melawan Timor Leste di Bali. Pertandingan pertama sudah berlangsung Kamis (27/1), dengan tim asuhan Shin Tae-yong menang 4-1.

Awalnya, lawan tanding yang akan dihadapi adalah Bangladesh, tapi negara Asia Selatan itu batal berangkat ke Indonesia, karena terkendala aturan karantina dan vaksinasi virus Corona.

Kembali ke pertandingan melawan Timor Leste, pertandingan ini mungkin terlihat mudah, jika hanya dilihat dari skor akhirnya. Tapi, pada prosesnya, pertandingan ini telah memberi beberapa gambaran menarik.

Pertama, ada gap kualitas antara pemain inti dan cadangan. Selain karena absensi Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, Elkan Baggott, dan Asnawi Mangkualam (bermain di luar negeri) disimpannya Pratama Arhan di babak pertama juga memperlihatkan perbedaan itu secara gamblang.

Gap kualitas ini membuat Evan Dimas dkk kurang klinis saat menyerang. Terlepas dari penampilan disiplin lini belakang Timor Leste, ada beberapa peluang yang seharusnya bisa menjadi gol, jika sentuhan akhir di depan gawang bisa lebih efektif.

Diluar itu, masih ada masalah klasik di pos striker, yang masih jadi PR. Dedik Setiawan yang turun sebagai starter masih kurang meyakinkan dalam hal penyelesaian akhir. Begitu juga dengan Hanis Saghara, yang kadang terlalu lama membawa bola.

Masalah juga terlihat di lini belakang, dengan Edo Febriansyah sebagai satu titik lemah. Pemain yang diplot sebagai pengganti Pratama Arhan ini sebenarnya cukup rajin naik membantu serangan.

Masalahnya, saat bertahan, pemain Persita Tangerang ini sering terlambat mundur. Alhasil, Timor Leste kerap menyerang dari sektor ini. Mirip dengan strategi Thailand, saat leg pertama final Piala AFF lalu, saat Pratama Arhan sedang absen karena akumulasi kartu kuning.

Strategi serangan ini terlihat sukses, setelah Timor Leste mampu membuat kejutan, setelah tendangan lob Paulo Gali menjebol gawang Trisna Fadillah.

Situasi makin menegangkan, setelah Timor Leste mendapat hadiah penalti di akhir babak pertama, menyusul pelanggaran Trisna Fadillah di kotak terlarang. Beruntung, kiper TIRA-Persikabo itu sukses menepis tendangan penalti Mouzinho.

Momen itu rupanya menjadi titik balik pertandingan. Diawali dengan keputusan Shin Tae-yong memasukkan Ronaldo Kwateh dan Pratama Arhan, alur permainan berubah total.

Ronaldo Kwateh mampu mencatat assist untuk gol tendangan keras Ricky Kambuaya, sementara Pratama Arhan mencetak gol lewat tendangan penalti.

Bukan cuma itu, bek kiri asal Blora ini juga unjuk kebolehan dalam hal umpan silang, baik dalam lemparan jauh maupun umpan silang. Hasilnya, tercipta dua gol bunuh diri dari pemain Timor Leste.

Perubahan alur ini membuat situasi menjadi nyaman buat Tim Garuda. Ada umpan kombinasi satu-dua yang cukup mengalir, dan unjuk kebolehan dari Marselino Ferdinan, yang turun menggantikan Evan Dimas di pertengahan babak kedua.

Sampai peluit panjang dibunyikan wasit, skor 4-1 menjadi hasil akhir yang cukup adil. Timor Leste memang tampil ngotot, tapi Timnas Indonesia sekali lagi menunjukkan ketangguhan mental, karena mampu membalikkan keadaan.

Di samping hasil positif secara skor, ada sedikit harapan di posisi striker, karena Ronaldo Kwateh mampu membuat assist.

Artinya, pemain blasteran Indonesia-Liberia ini cukup mampu berperan sebagai "target man". Dengan kecepatan dan kemampuannya, jika bisa dipoles dengan tepat dan terus berkembang, ia akan jadi pemain yang bisa diandalkan.

Tapi, ketergantungan cukup besar pada Pratama Arhan masih menjadi PR, karena Timnas Indonesia masih belum punya pelapis sepadan. Di sini, rencana naturalisasi dari PSSI menjadi masuk akal, karena akan memperkuat kedalaman tim.

Tentunya, publik sepak bola nasional akan berharap, hasil positif bisa kembali didapat tanggal 30 Januari mendatang, demi memperbaiki peringkat FIFA Timnas Indonesia. Tapi, mari kita nikmati progres yang sekarang sedang berjalan di tim muda ini, supaya, mereka bisa terus tumbuh dewasa, dan semakin baik di pertandingan-pertandingan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun