Momen itu rupanya menjadi titik balik pertandingan. Diawali dengan keputusan Shin Tae-yong memasukkan Ronaldo Kwateh dan Pratama Arhan, alur permainan berubah total.
Ronaldo Kwateh mampu mencatat assist untuk gol tendangan keras Ricky Kambuaya, sementara Pratama Arhan mencetak gol lewat tendangan penalti.
Bukan cuma itu, bek kiri asal Blora ini juga unjuk kebolehan dalam hal umpan silang, baik dalam lemparan jauh maupun umpan silang. Hasilnya, tercipta dua gol bunuh diri dari pemain Timor Leste.
Perubahan alur ini membuat situasi menjadi nyaman buat Tim Garuda. Ada umpan kombinasi satu-dua yang cukup mengalir, dan unjuk kebolehan dari Marselino Ferdinan, yang turun menggantikan Evan Dimas di pertengahan babak kedua.
Sampai peluit panjang dibunyikan wasit, skor 4-1 menjadi hasil akhir yang cukup adil. Timor Leste memang tampil ngotot, tapi Timnas Indonesia sekali lagi menunjukkan ketangguhan mental, karena mampu membalikkan keadaan.
Di samping hasil positif secara skor, ada sedikit harapan di posisi striker, karena Ronaldo Kwateh mampu membuat assist.
Artinya, pemain blasteran Indonesia-Liberia ini cukup mampu berperan sebagai "target man". Dengan kecepatan dan kemampuannya, jika bisa dipoles dengan tepat dan terus berkembang, ia akan jadi pemain yang bisa diandalkan.
Tapi, ketergantungan cukup besar pada Pratama Arhan masih menjadi PR, karena Timnas Indonesia masih belum punya pelapis sepadan. Di sini, rencana naturalisasi dari PSSI menjadi masuk akal, karena akan memperkuat kedalaman tim.
Tentunya, publik sepak bola nasional akan berharap, hasil positif bisa kembali didapat tanggal 30 Januari mendatang, demi memperbaiki peringkat FIFA Timnas Indonesia. Tapi, mari kita nikmati progres yang sekarang sedang berjalan di tim muda ini, supaya, mereka bisa terus tumbuh dewasa, dan semakin baik di pertandingan-pertandingan berikutnya.